Mohon tunggu...
Kens Hady
Kens Hady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Black Dew

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Mudah Menjadi Pintar Memanajemen Keuangan

3 September 2017   23:58 Diperbarui: 4 September 2017   00:03 1314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokument dari file LPS

Saat kita melihat televisi atau media online, tak jarang kita melihat berita para artis yang berlimpah harta dan kemewahan. Piknik ke sana kemari. Beli ini dan itu. Membikin ngiler di hati. Suatu saat terlihat seorang artis bergaya dengan mobil  sportnya. Di saat lain ada tayangan tentang resepsi yang "wow".  Dan yang masih hangat adalah "artis" Annisa  Hasibuan yang beberapa waktu kemarin terlihat keglamorannya. Tapi sayang, gaya hidupnya ternyata berasal dari uang yang di dapat dari jalan yang tidak benar. Gaya hidup yang ada ditopang dengan pendapatan semu. Pendapatan yang sejatinya bukan hak miliknya. Alhasil  menjadikan dirinya harus berurusan dengan hukum.

Kasus First Travel sejatinya bisa menjadi hikmah bagi kita. Setiap manusia tentu  ada keinginan untuk bisa hidup enak, nyaman dan tenang. Salah satunya unsur  pentingnya adalah  ketenangan  di dalam urusan finasial. Dan ketenangan tersebut, bila financial kita terbebas dari segala macam permasalahan.

Fenomena First Travel merupakan  catatan penting kita untuk sangat berhati-hati dalam mengalokasikan anggaran keuangan  kita. Kita harus benar-benar  tepat dalam mempercayakan keuangan kita pada pihak lain.  Dalam kasus ini keinginan banyak jamaah untuk berumroh, hanya menjadi mimpi ketika ternyata First Travel mengingkari amanah yang ada. Selain First Travel masih hangat juga kasus investasi bodong yang terjadi di Koperasi Simpan Pinjam Pandawa.

Dari pengalaman yang terjadi, yang harus kita perhatikan dalam mengelola keuangan, bukan hanya trust atau  kepercayaan dalam menjaga amanah sebuah lembaga keuangan.  Ada factor x yang seringkali tidak kita terduga. Hal ini juga mesti jadi pertimbangan kita. Misal, kita sudah yakin dengan sebuah lembaga keuangan. Kita sudah mempercayakan keuangan kita dengan menabung dan investasikan uang  di situ. Eh, tiba-tiba lembaga keuangan tersebut ternyata mengalami pailit. Meskipun jarang terjadi, tetapi hal tersebut bisa terjadi. Siapa yang tahu? Ternyata menyimpan atau menginvestasikan di bank pun belum ada jaminan 100% aman.

Terus kita harus bagaimana? Padahal uang kita pas-pasan, menyimpan paling aman di lembaga keuangan. Kok terasa kurang aman. Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mengamankan  keuangan kita dari bahaya musibah perbankan.

  1. Kenali hal-hal yang bisa akibatkan  timpangnya kondisi keuangan kita. Keuangan kita sangat rentan menjadi minus, saat kita tidak bisa mengenali alokasi keuangan yang  membuat beban dalam jangka panjang. Beberapa hal yang tidak kita sadari alokasi keuangan yang membikin bangkrut financial kita.Alokasi komsumtif yang tidak produktif. Misal, membeli mobil untuk gaya-gayaan saja. Pengeluaran yang berdasar keinginan, bukan kebutuhan.Misal, Membeli sepatu baru, padahal masih banyak koleksi sepatu yang baru sekali dipakai.
  2. Cermat dalam berinvestasi.Kita harus cermat dan selektif saat memutuskan untuk melakukan investasi. Jangan pernah berani saat investasi tersebut mempunya potensi kegagalan sedangkan kondisi keuangan kita tidak berlebihan atau pas-pasan. Misal, bermain valas sedang modal kita tidak seberapa dan kita masih amatir di dunia tersebut.
  3. Membuat Perencanaan Keuangan yang  Proposional sesuai pemasukan yang ada. Setiap orang tentu mempunyai pemasukan yang berbeda. Yang berkeluarga tidak sama dengan yang lajang. Yang mempunyai anak tidak sama dengan yang belum mempunyai momongan.Agar kita tidak mengalami minus tiap bulannya, kita harus membuat skala prioritas dalam mengalokasikan dana. Sebisa mungkin Pendapatan yang ada terbagi dalam tiga alokasi utama. Yaitu Pembelanjaan, Investasi dan Tabungan. Jika tidak ada alokasi tabungan, maka kita tidak akan bisa apa-apa saat terjadi sesuatu yang tidak terduga. Bila kita tidak punya alokasi investasi, maka kita tidak akan bisa berkembang, dan kita hanya stagnan dalam sebuah kondisi keuangan. Apabila kita tidak ada alokasi pembelanjaan, ini sangat tidak mungkin karena pembelanjaan inilah kita bertahan hidup.

Setelah kita sudah melakukan alokasi pendapat yang tepat, yang kita pikirkan adalah bagaimana  alokasi tabungan dan investasi kita berdayakan tepat dan efektif. Jangan sampai kita menjadi "korban" musibah keuangan seperti yang sering diberitakan di media. Kasus First Travel, Investasi Bodong ataupun menjadi nasabah lembaga keuangan yang pailit jangan sampai terjadi pada kita.

Bagaimana Menabung yang Benar?

Menabung, merupakan kegiatan yang mungkin dari kecil sudah diajarkan pada kita. Ada banyak cara menabung, tetapi hampir semua mempunyai resiko yang cukup besar. Orang jaman dulu, menabung dengan di simpan di celengan dari tanah ataupun bambu. Ada juga yang menabung dengan cara membelanjakan emas. Dijual lagi saat merasa butuh. Tetapi hal tersebut sangat riskan akan kehilangan tanpa sisa. Misal, bila terjadi kebakaran atau perampokan.  Apakah anda masih lebih suka menabung yang demikian?

Di era yang serba digital saat ini, lebih tepat bila kita menabung di bank atau lembaga keuangan yang terpercaya. Uang cash kita berubah menjadi angka-angka di buku tabungan ataupun di layar monitor. Meski demikian, kita lebih mudah untuk mengambil dan bertransaksi.  Kita tidak perlu membawa berkoper-koper uang. Cukup dengan sebuah kartu atau lewat smartphone kita bisa melakukan transaksi yang kita butuhkan. Dari atas tempat tidur pun kita bisa berbisnis, tidak perlu bersusah payah repot dan tergesa melakukan pertemuan untuk bertransaksi.

Itulah kemudahan dan keuntungan kita melakukan penyimpanan di bank. Tetapi AWAS. Kita tidak boleh sembarangan memilih bank atau lembaga keuangan. Meskipun lembaga keuangan tersebut menawarkan suku bunga yang menggiyurkan. Kita harus  mencermati bagaimana lembaga keuangan tersebut. Caranya adalah :

  • Saat hendak memutuskan menabung di lembaga keuangan mana, pastikan ada logo LPS di lembaga keuangan tersebut. Logo tersebut menandakan bahwa lembaga keuangan tersebut merupakan anggota dari LPS, Lembaga Penjamin Simpanan. Lembaga pemerintah yang memang bertugas untuk menjamin simpanan dari masyarakat. Dan menjaga stabilitas system keuangan secara nasional. Apabila terjadi sesuatu dengan lembaga keuangan yang bersangkutan, baik yang konvensional ataupun syariah LPS berada di garis terdepan dalam menjamin simpanan para nasabah.
  • Saat di customer servis, biasanya anda akan diberi informasi terkait dengan berbagai produk ataupun investasi yang berkaitan dengan lembaga keuangan tersebut. Saat anda membahas tentang simpanan atau tabungan, pastikan suku bunga yang ditawarkan wajar. Tidak berlebihan. Karena LPS  menjamin simpanan seorang nasabah  dengan nilai suku bunga. Bunga yang dijamin oleh LPS saat ini, untuk Simpanan di bank umum sebesar 6,25%  dan Valas sebesar 0,75%. Sedang untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bunga yang dijamin adalah 8,75%. Dalam mata uang rupiah. Jika anda menyimpan di sebuah lembaga keuangan yang meerapkan/menawarkan suku bunga lebih dari itu, maka simpanan yang ada beresiko tidak terjamin di lembaga pemerintah yang resmi beroperasi mulai tahun 2005 tersebut.
  • Apabila anda telah yakin memilih sebuah lembaga keuangan untuk uang anda dan jelas sudah menjadi peserta LPS dengan tingkat bunga yang terjamin, Pastikan saat anda menyimpan uang anda tersimpan dalam penbukuan bank tersebut. Jangan sampai anda merasa sudah memasukkan uang anda ke rekening ternyata, tidak masuk. Semisal, anda mempercayakan atau menitipkan uang anda untuk disetor ke lembaga keuangan tersebut. Tetapi nyatanya tidak sampai ke rekening anda. Untuk produk-produk yang ditawarkan suatu lembaga keuangan, jangan langsung anda terima sebelum anda tahu betul bagaimana produk tersebut. Jangan sampai kasus seperti Bank Century terulang. Seperti yang kita ketahui, kasus fenomenal itu terjadi karena adanya reksadana fiktif. Cek ke BAPPEPAM terlebih dulu  validitasnya.

LPS file
LPS file
Bagi anda yang belum tahu tentang LPS, bisa anda klik di sini.  Kehadiran LPS benar-benar menjadi sahabat bagi para nasabah lembaga keuangan. Dengan adanya LPS menciptakan ketenangan kenyamanan nasabah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun