Lelucon Tak Lucu
Sekali lagi, publik rindu pada perdebatan berbobot tentang tata kelola negara. Narasi anggaran bocor sejatinya adalah pintu masuk mencuatnya dialektika bermutu dalam pengelolaan fiskal Indonesia. Syaratnya hanya satu: gunakan data dan argumentasi yang kredibel.
Sebaliknya, bila yang muncul hanya tuduhan 'bocor' lalu yang mengucapkannya pergi begitu saja tanpa ada pertanggungjawaban data, maka tidak salah publik menilainya sebagai badut politik. Melempar batu sembunyi tangan. Semacam lelucon yang tak lucu.
Selain Jokowi, Prabowo merupakan sumber berita kelas satu bagi pers dan media sosial di republik ini. Narasi sensasi minus substansi mungkin saja digemari pemburu berita. Menggoreng suatu diksi yang mengandung pesan ketakutan mungkin juga laris manis sebagai dagangan politik.
Namun, mengungkapkan kritik berdasarkan data adalah wujud nyata edukasi publik. Mengungkapkan argumentasi yang kokoh dan bertanggung jawab merupakan bagian penting dari mencerdaskan bangsa. Keduanya menjadi tugas setiap politisi.
Apalagi, Prabowo diakui sebagai orator ulung. Kemampuannya beretorika tak usah dibantah. Adalah sangat tidak elok bila kemampuan itu digunakan untuk menciptakan kecemasan dalam panorama politik negeri.
Justru sebaliknya, kemampuan tersebut semestinya digunakan sebesar-besarnya untuk memberi pencerahan kepada publik dengan narasi yang berbobot dan bertanggung jawab.
Prabowo punya kesempatan itu. Tapi apakah dimanfaatkan? Ah, sudahlah....