Mohon tunggu...
Kenny Aprilliantika
Kenny Aprilliantika Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

Mari beropini

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Idealisme Vs Realisme dalam Hubungan Internasional

11 Maret 2020   23:14 Diperbarui: 9 November 2021   21:50 9603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Anak muda, kunci berhasilnya suatu bangsa. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Dalam hubungan internasional terdapat banyak sekali fenomena-fenomena yang sangat beragam dan dinamis yang menghasilkan banyak gagasan atau sudut pandang yang berbeda. 

Sebenarnya, para pemikir dalam hubungan internasional ini berusaha mencari tahu tentang apa , mengapa sesuatu bisa terjadi, dan bagaimana mengenai suatu fenomena. Perkembangan Hubungan Internasional sebagai suatu studi melewati tiga tahapan yaitu tradisional, behavioural, serta post-behavioural. 

Perdebatan pertama dalam paradigma hubungan internasional yaitu Idealisme  vs Realisme antara tahun (1918-1950). Perdebatan ini terjadi karena terjadi kegagalan dari Liga Bangsa-Bangsa(LBB). Karena kegagalan dari Liga Bangsa-Bangsa untuk menghindari terjadinya perang sehingga meletus perang dunia ke-2.

Idealisme adalah aliran pemikiran yang terinspirasi dari tokoh politik seperti Plato, Aristoteles, Cicero, Woodrow Wilson, Dag Hammarskjold, dan Lester Pearson yang dimana mereka percaya bahwa terdapat nilai moral yang bersifat universal yang harus ditaati dengan didasari keyakinan dalam kebaikan yang melekat pada diri manusia. 

Aliran ini mempercayai bahwa moralitas, organisasi, hukum dan perjanjian akan melawan sifat anarkis internasional.  Sedangkan realisme adalah aliran pemikiran yang berasal dari tokoh Thucydides, Niccolo Machiavelli, Thomas Hobbes, karya-karya dari Hans Morgenthau serta Kenneth Waltz dan Robert Keohane. Mereka berpendapat bahwa manusia memiliki sifat egois yang mementingkan diri sendiri dan tidak mengenal adanya pemerintahan internasional.

Bagi realisme prinsip-prinsip seperti yang sampaikan oleh kaum idealis tidak bisa diterapkan dalam negara. Bagi realisme yang terpenting dalam suatu negara adalah power yang berguna untuk mencapai keamanan dan perdamaian. 

Seperti yang disampaikan oleh pemikir realisme Hans Morgenthau bahwa manusia memiliki sifat egois (Selfish) dan mengejar kekuasaan (struggle). Realisme juga menolak pandangan idealisme yang mengandalkan organisasi internasional untuk mewujudkan perdamaian dunia. 

Sebaliknya, bagi idealis perang adalah suatu penyimpangan yang harus dihindari demi terwujudnya perdamaian. Masalah terbesar bagi realis adalah masalah kelangsungan dan bertahan hidup yang akhirnya menciptakan dilemma keamanan bagi negara lain.  

Selain itu negara merupakan aktor yang paling penting bagi realis dan bersifat rasional. Mereka berfokus pada potensi konflik yang terjadi di negara-negara. Sehingga keamanan harus benar-benar di tingkatkan.

Fakta bahwa setiap negara pasti mengejar kepentingan nasionalnya demi kelangsungan negaranya. Seperti pemikiran dari tokoh-tokoh idealis yang menyatakan bahwa inti dari keamanan internasional adalah adanya organisasi internasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun