Sebagai rakyat kecil yang tidak mengerti strategi dan ilmu politik, bagi saya pribadi sering beranggapan, kemenangan Anies Baswedan saat berebut suara pemilihan warga Jakarta dalam Pilkada DKI Jakarta lalu, hanya sebatas suara terbanyak. Selain itu, tidak terlintas dalam pikiran saya tentang strategi yang dimaksudkan oleh Prabowo Subianto belum lama ini.Mungkin sebagian punya pendapat berbeda, jika dulu sebagian orang masih yakin dengan kekalahan Basuki Tjahaja Purnama karena SARA akibat faktor emosional individual tanpa berjalan dengan rencana dan strategi, dengan penyataan yang disebutkan oleh Prabowo, bukankah menjadi sebuah bukti bahwa yang di alami oleh BTP memang direncanakan.
Kita masih dapat melihat bagaimana berita yang mengabarkan sikap pendemo saat Pilkada DKI Jakarta lalu, dari anak kecil yang mengucapkan kalimat yang menurut saya tidak sepantasnya untuk usia mereka, penghadangan saat Ahok akan kampanye, ancaman mayat untuk pendukung Ahok yang tidak dishalatkan, dan berita tentang pengusiran Djarot saat shalat jumat di masjid.
Jujur, saya sebagai rakyat kecil makin bingung, apa tujuan Prabowo mengakui Kesuksesan menjatuhkan Basuki Tjahaja Purnama dengan mengatakan sebuah strategi yang tidak memerlukan banyak biaya. Terlebih lagi yang lebih mengejutkan saya sebagai pribadi, nama Zulkifli Hasan juga di sebut.
Sinyal Tidak Membutuhkan Suara Pendukung Ahok ?
Masih dilandasi sebuah kebingungan yang saya tidak mengerti apa yang dipikirkan Prabowo, kemarin dia tiba-tiba menceritakan keberhasilan dalam menjatuhkan Ahok.
"Pak Zul (Zulkifli Hasan) ini salah satu operator politik hebat di Indonesia. Mungkin beliau sadar atau tidak, saya banyak curi ilmu dari beliau. Banyak sekali yang saya contoh dari PAN. Banyak ilmu-ilmu dari beliau. Beliau sampaikan bagaimana merancang strategi menurunkan Ahok," kata Prabowo.
"Di rumah dinas, beliau beri strategi. Sekarang tidak perlu rapat akbar, tokoh-tokoh turun ke RT. Habis itu kita kembali ke DPP langsung kita (intruksikan) turun ke RT. Nggak usah rapat besar karena kita termasuk nggak punya duit waktu itu," tambahnya.
Kita tahu, kekalahan Ahok dalam Pemilihan DKI Jakarta sebagai hasil SARA. Kampanye SARA tersebar di seluruh tempat. Saya juga paham jika beberapa orang yang memilih Anies Sandiaga, tidak menyukai kampanye SARA yang menyerang Ahok.Â
Jadi jika sekarang Prabowo mengklaim Zulkifli sebagai operator yang menjatuhkan Ahok, ini adalah penegasan bahwa kampanye SARA dalam Pilkada DKI Jakarta kemarin bukan sesuatu yang normal dan alami terjadi begitu saja. Dapat menjadi sebuah kesimpulan peristiwa yang terjadi saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta sangat teratur, sistematis dan strategis.
Apa yang ucapkan Prabowo bukan sekedar membuka kejadian masa lalu saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta, juga membuka pengertian kepada warga Indonesia. Mengingat Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama memiliki elektabilitas yang mengesankan secara nasional.
Ketika Jokowi memilih Ketua MUI sebagai Wakil Presiden, ada banyak pendukung Ahok pada saat itu memilih untuk golput atau bahkan berpindah untuk memilih Prabowo Sandiaga. Pendapat pribadi saya, wajar jika pendukung Basuki Tjahaja Purnama merasa frustrasi dan kecewa, mengingat Maruf Amin adalah Ketua MUI yang mengeluarkan fatwa Ahok menista agama.
