Mohon tunggu...
Ken Hirai
Ken Hirai Mohon Tunggu... profesional -

JIKA DIAM SAAT AGAMAMU DIHINA, GANTILAH BAJUMU DENGAN KAIN KAFAN. JIKA "GHIRAH" TELAH HILANG DARI HATI GANTINYA HANYA KAIN KAFAN 3 LAPIS, SEBAB KEHILANGAN "GHIRAH" SAMA DENGAN MATI (-BUYA HAMKA-)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tips dan Trik Memilih Makanan Halal

26 Desember 2012   15:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:00 2239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi seorang muslim makan bukanlah hanya sekedar menikmati kelezatan dan kenikmatan makanan yang dirasakan di mulut lalu masuk ke kerongkongan dan berakhir di saluran pembuangan, melainkan lebih dari itu. Bagi seorang muslim makan adalah sebuah proses ibadah yang di dalamnya terkandung adab dan aturan yang harus dijaga dan ditaati. Dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 88, disebutkan:

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah limpahkan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”

Jadi bagi seorang muslim memilih makanan yang halal dan baik adalah merupakan perintah Allah SWT yang harus ditaati. Halal dari aspek hukum syar'i, dan baik (thoyib) dilihat dari gizi dan kesehatan. Sayangnya, banyak umat muslim yang kebingungan dan kurang hati-hati dalam memilih makanannya. Yang harus diingat, di era industrialisasi dan teknologi pangan yang serba modern ini pemalsuan dan penggantian komponen bahan makanan sangat mudah dilakukan. Banyak yang berpikir bahwa makanan yang tersedia di negeri-negeri yang mayoritas penduduknya muslim semuanya pasti halal. Padahal jika kita mau berpikir, justru banyak makanan di negeri-negeri yang mayoritas muslim juga diimpor dari negeri-negeri non muslim.

[caption id="attachment_224004" align="aligncenter" width="300" caption="Gel elektroforesis produk PCR yang mengandung babi/ Dok. Pribadi"][/caption]

Terkadang, saya melihat ada kebiasaan-kebiasaan yang unik di masyarakat muslim. Ketika mereka bepergian dan tinggal di negeri yang mayoritas penduduknya non muslim, maka mereka akan sangat hati-hati dan selektif dalam memilih makanan. Di pikiran mereka sudah tertanam bahwa di negeri yang mayoritas non muslim sebagian besar makanan diduga haram karena mengandung zat-zat yang memang diharamkan ataupun cara penyembelihannya yang tidak menyebut Asma Allah. Sayangnya, kebiasaan baik untuk selalu teliti dan selektif terhadap makanan tersebut hilang ketika mereka bepergian dan tinggal di negeri yang mayoritas muslim. Di pikiran mereka sudah tertanam bahwa di negeri yang mayoritas muslim pasti makanan yang tersedia dijamin halal.

Tulisan ini bermaksud untuk mengubah paradigma unik dan lucu tersebut. Seharusnya, dimana pun kita tinggal baik di negeri yang mayoritas penduduknya muslim atau mayoritas non-muslim “sikap hati-hati dan teliti” dalam memilih makanan harus menjadi kebiasaan yang terus dijaga dan ditaati. Tanamkan dalam pikiran kita sejak awal, bahwa tidak semua makanan yang tersedia dipasaran itu halal. Dan tanamkan juga dalam pikiran kita, bahwa tidak semua makanan yang tersedia dipasaran itu haram. Karena sudah tertanam dalam pikiran kita tentang adanya 2 pilihan halal dan haram, maka kita harus memilih makanan tersebut dengan sangat teliti dan hati-hati, sehingga tidak terjadi salah pilih yang berakibat buruk pada diri kita.

[caption id="attachment_224008" align="aligncenter" width="300" caption="Pork detection kit-Tanaka/Dok. pro.tanaka.co.jp"]

13565154631498090067
13565154631498090067
[/caption]

Tips lain yang perlu diperhatikan adalah agar selalu melihat label kemasan. Biasakan membaca dengan teliti dan hati-hati label kemasan beserta kandungan bahannya (ingredients). Jangan buru-buru memindahkan makanan dari rak-rak etalase barang ke keranjang belanjaan anda. Periksa dan teliti ada label halalnya atau tidak. Jika dikemasan sudah tercantum label halal, maka sudah cukup menjadi jaminan bahwa makanan tersebut sudah diperiksa kehalalannya oleh pihak berwenang. Namun demikian kita juga harus tetap hati-hati dengan banyaknya label halal palsu. Jika tidak ada label halal di kemasannya, maka bacalah kandungan bahan-bahannya. Jika mengandung kode babi (hati-hati biasanya istilah kandungan babi di kemasan ditulis dalam bentuk kode tertentu) maka tinggalkanlah. Jika makanan tersebut mengandung gelatin, maka tanamkan dalam pikiran kita bahwa jangan percaya 100% pada label, karena aturan pelabelan memang membolehkan perusahaan untuk tidak mempublikasi bahan yang kandungannya kurang dari 1%. Sikap hati-hati dan teliti ini sangat penting karena ada makanan yang dilabelnya tertulis menggunakan gelatin sapi, tapi faktanya justru menggunakan gelatin babi yang diharamkan. Gelatin memang memiliki multifungsi yang sangat bermanfaat dalam produksi pangan seperti sebagai pengemulsi, bahan pengisi, anti gumpal, penjernih, pencegah rasa tengik, pengembang dan pelembut. Apalagi jika kita perhatikan secara hati-hati dan teliti, banyak makanan yang beredar dipasaran sebagian besar mengandung GELATIN.

[caption id="attachment_224005" align="aligncenter" width="300" caption="Real Time PCR produk babi/ Dok. Pribadi"]

1356511872438320330
1356511872438320330
[/caption]

Mungkin ada yang terkejut dengan tulisan ini karena baru menyadari bahwa hampir semua makanan yang kita makan setiap hari ternyata sudah tercemar dengan makanan haram, tapi itulah faktanya. Ya, saat ini seakan-akan kita benar-benar terkepung oleh berbagai makanan haram disekeliling kita. Apalagi dengan semakin maju dan canggihnya masalah teknologi pengolahan pangan, sehingga memilih makanan sudah tidak bisa asal-asalan lagi menggunakan jurus “asal pilih”, tetapi lebih dari itu, diperlukan pengetahuan khusus untuk memilih. Belum lagi sikap pengusaha yang curang yang ingin meraih keuntungan sebesar-besarnya sehingga tega melakukan pemalsuan kandungan bahan yang berbeda dengan yang tercantum dalam kemasan.

Bisa jadi, saya termasuk orang yang beruntung, ketika saya ragu terhadap halal-haram-nya sebuah makanan maka saya langsung bisa melakukan pengujian di laboratorium. Dengan menggunakan teknologi Real-Time PCR, Sequensing dan FTIR saya bisa mendeteksi apakah makanan tersebut mengandung babi atau tidak. Dan kadang-kadang keraguan saya terbukti benar. Maka teliti dan berhati-hatilah dalam memilih makanan anda!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun