Mohon tunggu...
Absah
Absah Mohon Tunggu... -

Mampir ngguyu...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kalahnya Cakil dalam Perang Kembang

19 Mei 2016   11:35 Diperbarui: 19 Mei 2016   11:59 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cakil, tokoh jahat berwujud raksasa dengan ciri dagu lancip ke depan, kalah bertarung dengan satria Bambangan. Bambangan adalah satria berkarakteristik badan kurus langsing, lembut, kalem dan rendah hati, seperti Arjuna dan anak-anaknya. Satria gagah seperti Bima, Gatotkaca tidak tergolong satria Bambangan. Dan Cakil akhirnya kalah oleh senjatanya sendiri, bukan karena senjata sang satria.

Perang kembang terjadi setelah goro-goro antara satria Bambangan melawan Cakil atau raksasa hutan dan binatang buas dalam kisah lain. Jadi, geger goro-goro telah terjadi, situasi sudah mulai terkendali, jalannya kisah sudah menuju ke penyelesaian akhir. Perang kembang adalah perang yang tidak penting, bukan perang puputan habis-habisan seperti Bharatayudha.

Cakil adalah seorang buto (raksasa), simbol tokoh jahat, lawan dari para satrio, tokoh baik dalam dunia wayang Jawa. Ada Raksasa yang menjadi raja dalam kisah wayang. Tapi Cakil tak pernah menjadi raja, meskipun sangat ingin. Cakil hanya tokoh numpang lewat dalam kisah perjalanan satria.

Makanya Cakil tidak tinggal di istana suatu kerajaan, tapi tinggal di hutan. Cakil nongkrong di bawah pohon beringin besar yang daunnya mulai menguning. Di hutan itu Cakil tidak sendiri, tapi membentuk suatu kelompok kwartet yang terdiri dari dirinya yang berdagu lancip, bersama Buto Rambut Geni (raksasa dengan rambut api panas memutih), Buto Terong (raksasa pemuja nafsu hingga hidungnya berbentuk terong hijau), dan Buto Pragalbo (raksasa yang namanya diawali dengan Pra-).

Wayang jawa cerita-ceritanya menyadur kisah Mahabharata dan Ramayana dari India, dengan menyisipkan tokoh-tokoh tambahan seperti Cakil di kelompok raksasa, Antareja, Antasena, Wisanggeni di deretan satria, Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Nur Cahyo di kelompok dewa-dewa, lalu ada Gareng, Petruk, Bagong, Cangik, Limbuk, Togog, mBilung dan Semar sebagai punakawan hamba sahaya penghibur pemomong para satria.

Begitulah leluhur orang Jawa nan bijaksana telah meninggalkan pesan-pesan untuk anak cucunya yang hidup jauh di masa depan. Pesan-pesan disisipkan dalam kisah yang telah tenar dari India. Dan di masa kini, anak cucu tercengang-cengang, ketika ada peristiwa-peristiwa yang terjadi di negeri ini, mirip dengan kisah-kisah tersebut.

Kemaren goro-goro telah usai. Dilanjut dengan kalahnya Cakil yang berusaha mencegat perjalanan satria Bambangan. Cakil kalah di bawah pohon beringinnya sendiri, oleh senjatanya sendiri.

Mungkin Cakil nanti akan bangkit lagi. Tapi sudah suratan Cakil akan selalu kalah oleh para satria kurus, kalem, lembut dan rendah hati.

sumber gambar: wikipedia.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun