Presiden RI ke-6 SBY bereaksi atas kritik Presiden Jokowi soal   mahalnya  harga BBM di wilayah Indonesia timur pada 3,5 tahun lalu.   Namun, karena  ada hal yang belum dijelaskan SBY, #SBYJelaskan jadi   viral.
Berikut tweet SBY:
Pak Jokowi intinya   mengkritik &  menyalahkan kebijakan subsidi utk rakyat &   kebijakan harga BBM, yg  berlaku di era pemerintahan saya. *SBY*
Saya   mengikuti percakapan  publik, termasuk di media sosial, menyusul   pernyataan Presiden Jokowi  yg salahkan kebijakan SBY 5 th lalu. Pak   Jokowi intinya mengkritik &  menyalahkan kebijakan subsidi utk   rakyat & kebijakan harga BBM, yg  berlaku di era pemerintahan saya.   *SBY*
Saya minta para mantan menteri & pejabat pemerintah di   era SBY, para  kader Demokrat & konstituen saya, TETAP SABAR.   *SBY*," kata SBY di  tiga cuitan pertamanya. Justru kita harus bersatu   padu. Juga makin rukun. Jangan malah cekcok  & beri contoh yg tak   baik kepada rakyat. Malu kita. *SBY*.
Tentu  saya bisa jelaskan.  Tapi  tak perlu & tak baik di mata rakyat.  Apalagi saat ini kita  tengah  menghadapi masalah keamanan, politik, &  ekonomi. *SBY*
Tweet yang terakhir inilah yang kemudian jadi viral. Tweet itu viral karena SBY, yang merasa dikritik, kemudian merespons lewat   Twitter. Namun SBY memilih menekankan kata 'tetap sabar' dan tak   menjelaskan secara detail argumennya.
Tagar SBYJelaskan ini   menjadi menarik sebab adalah sebuah penggambaran pemerintahan saat ini   lebih baik, pembandingnya adalah pemerintahan SBY, tak lain tujuannya   untuk meraih simpati publik atau politik pencitraan. Yang menjadi inti   permasalahan adalah apakah publik percaya dengan penggambaran  tersebut?.
Kalau  bicara perasaan, memang harus diakui membuat  tidak enak hati mantan  Presiden ini yang dinilai gagal walaupun  faktanya terpilih dua periode  hasil pemilihan langsung.Â
Kalau  bicara pencitraan, bohongpun sah  sah saja karena pada dasarnya politik  tidak bersandar pada kejujuran  melainkan strategi. Mungkin semasa SBY  situasinya berbeda, pada waktu  itu fokusnya mengembalikan kedaulatan  keuangan bangsa kita yang  dikendalikan oleh IMF yang merupakan warisan  Orde Baru.
Pada  era  pemerinthan SBY, Indonesia berhasil  melunasi  hutang IMF dan buah dari  kedaulatan keuangan itu dinikmati  pemerintah  sekarang dengan  mengandalkan utang luar negeri untuk  membangun  infrastruktur ekonomi.  Dengan adanya pembangunan  infrastruktur ini  memperlancar distribusi  kebutuhan masyarakat.
Kita  sudah memiliki  pengalaman pahit pada  akhir masa Orde Baru, depresiasi  rupiah yang  begitu dalam menjadikan  Indonesia gagal bayar utang  sehingga harus  menjadi susuan IMF. Saat ini,  walaupun disikapi secara  optimis, hal itu  lebih kurang sama ketika Suharto menyatakan  begitu  optimis fondasi ekonomi  Indonesia cukup kuat  namun faktanya ambruk juga  dan menyerah kepada  IMF.
Menengok sejarah kepresidenan Indonesia, Sukarno bernasib tragis menjadi seorang tahanan "rumah" sampai akhir hayatnya, Suharto dicaci maki dan anaknya mewarisi tuntutan dan SBY hanya "disindir" oleh Jokowi tidak berhasil menstandarkan harga BBM di Papua.Â
Mungkin perlu seorang penasehat yang dapat membuat hati tenang, sabarlah Pak SBY, Jokowi memang begitu, ingin menunjukkan Indonesia lebih maju, pembanding lebih maju ukuranya pemerintahan Bapak. Kalau publik ikut ikutan, pemeimpin memberi contoh cara menilai keberhasilan, lebih berhasil dari pemerintahan sebelumnya agar rakyat tenang dan tidak gaduh.