Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Belum Mencalonkan Diri Sudah Ditandingkan, untuk Apa?

23 April 2018   23:12 Diperbarui: 23 April 2018   23:25 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS.COM/RODERICK ADRIAN MOZES

Petahana belum ada lawan resmi, tapi lembaga survey sudah merilis hasilnya, petahana unggul jauh. Seperti itulah akhir akhir ini media mulai mempublikasikan hasil kerja lembaga survey. Dipesankah? Atau lembaga survey kerja sukarela? Segudang pertanyaan menggelitik dalam benak saya, siapakah lembaga survey itu?

Hasil survey akan tergantung kalangan responden dan quetionair yang disampaikan, kalau survey itu ditujukan kepada kalangan buruh yang sering demo, pasti hasilnya berbeda dengan kaum pelajar yang baru pertama memilih. Namun biasa lembaga survey menyebutkan random sampling yang maksudnya dipilih secara acak, namun apakah bisa dipercaya?

Cerita "mengakali" hasil survey, fresh graduate dan masih bandel pada masa lalu harus terjun ke lapangan untuk melakukan survey kepadatan lalu lintas untuk databse study kelayakan.  Sampling kepadatan cukup dua kali peak seoson, saya buat seolah sapling 6 kali dengan perhitungan tidak meleset jauh, yang empat hari ngeluyur.

Dari data tersebut saya olah, walau tidak diperintah atasan, saya gunakan rumus perhitungan financial  dengan sebuah kesimpulan perhitungan  penghematan biaya BBM antara lain jika jalan alternatif dibangun. 

Cara kerja saya seperti itu tentunya dengan argumentasi yang kuat diterima si bule yang langsung menunjuk saya sebagai asistenya. Motivasi saya tercapai, naek gaji! Yang menjadi pertanyaan, apakah lembaga survey tersebut sama motivasinya dengan saya untuk mendapat order atau memang sudah dipesan?

Dalam politik, kejujuran itu nomer sekian, lebih dikedepankan strateginya dan apapun itu disebut licik tetap sah sah saja. Seperti halnya rilis lembaga survey itu tadi, kalau saat ini dirilis maka sudah pasti yang unggul adalah Patahana. Kita ambil contoh Ahok, semua lembaga survey menjadikan Ahok tanpa tanding, namun situasi berbalik karena terlalu percaya diri sehingga tak mampu mengontrol sikap dan ucapannya.

Ahok makin diunggulkan makin banyak yang ingin menjegalnya adalah sebuah konsekwensi logis dari sebuah persaingan. Namun demikian, menggunakan lembaga survey adalah sebuah strategi untuk menggiring opini publik.

Situasi berbalik juga dialami oleh Hillary Clinton,  sampai hari-H sebelum pencoblosan, poling dari Economist/YouGov, Bloomberg, IBD, ABC, Fox News, Monmouth, CBS News, dan Reuters memperkirakan Hillary menang dengan selisih 1 sampai 6 persen. Hanya poling dari LA Times yang menunjuk kemenangan Trump pada angka 5 persen.

Situsweb milik jurnalis data kawakan Nate Silver, Fivethirtyeight.com,  mencatatkan probabilitas Hillary Clinton untuk menang ada pada angka  71,4 persen. Probabilitas Trump? Hanya 28,6 persen saja. Untuk popular  vote, Hillary diperkirakan akan menang dengan selisih 3,6 persen dari  Trump. Pada electoral vote, istri Bill Clinton ini diperkirakan menang  dengan angka 302 lawan 235.

New York Times lebih percaya diri. Media yang menyatakan  mendukung Hillary ini mengukur peluang kemenangan jagoannya ada di angka  85 persen. Tapi kenyataannya hampir semua angka itu meleset. Di  penghabisan tanggal 8 November waktu setempat, nama pemenang sudah  dipastikan bukan Hillary Clinton.

Lalu bagaimana hasil survey di Indonesia menyangkut Pilpres 2019? Survei Litbang Kompas  yang dilaksanakan sebelum Rakornas  menunjukkan elektabilitas Presiden Joko Widodo mengalami kenaikan ( 55 % ).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun