Dimasa-masa awal menjadi abdi dalem juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan mendapat gaji sebesar Rp 3.710,- per bulan. Sejak pangkatnya naik menjadi penewu, gajinya juga meningkat menjadi Rp 5.600,00 per bulan. Mbah Maridjan yang gemar guyonan dengan bahasa “plesetan” khas Yogyakarta, menyebut gajinya dengan “lima juta enam ratus ribu rupiah”. Gaji yang sebenarnya tidak cukup untuk membeli sebungkus rokok Kansas kegemarannya. Itu sebabnya, Mbah Maridjan terpaksa harus mengambil gaji setiap tiga bulan sekali, supaya uang gajinya tidak habis untuk ongkos naik bus dari keraton ke Dukuh Kinahrejo. Namun, berdasarkan slip gaji yang ditemukan, ternyata gaji mbah Maridjan sudah mengalami kenaikan luar biasa yaitu sebesar Rp. 81.000,- per bulan. Luar biasa jika diabdingkan dengan gaji pada masa menjadi abdi dalem yang sebesar Rp. 3.710,-.
Jangan bandingkan Gaji mbah Maridjan dengan jumlah gaji anggota DPR, membandingkan dengan gaji anggota DPR memang tidak tepat sebab mbah Maridjan hanya perlu berkeling kampung, sedangkan anggota DPR bertugas berkeliling dunia. Sebagai rakyat, Mbah Maridjan memang memiliki wakil yang sekarang sedang meninjau demokrasi di Yunani, maklum saja Mbah Maridjan berhalangan tetap akibat diterjang wedhus gembel. Mungkin, para mahasiswa yang berencana berdemo menentang SBY akan berpikir ulang, wajah haru Presiden mendengar pengaduan korban tsunami Mentawai yang kehilangan sanak keluarga sangat kontras dengan perjalanan wakil rakyat. Presiden larut dalam kesedihan bangsa yang sedang mengalami bencana, sementara anggota DPR larut dalam suasana plesiran yang menghamburkan dana.