Mohon tunggu...
Maulida Husnia Z.
Maulida Husnia Z. Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Belajar menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Toilet Training: Kapan dan Bagaimana Memulai

17 November 2019   09:40 Diperbarui: 17 November 2019   10:32 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Toilet Training (thestir.cafemom.com)

Kehidupan berumahtangga, tidak bisa dipisahkan dengan perihal mengurus anak. Ketika lahir seorang bayi dalam sebuah keluarga, saat itu juga keseharian pasangan (terutama istri) akan berubah. Pemisalan sederhana adalah ketika bepergian, isi tas sang istri akan penuh dengan peralatan bayi. Tidak ada lagi make up dan sejenisnya, yang ada hanya persediaan susu formula dan popok bayi. Kala waktu itu tiba, popok bayi akan menghiasi setiap sudut rumah, laci, lemari, dan dimana saja celah yang ada.

Namun, pasti akan datang saat dimana anak harus terlepas dari popok. Maka lambat laun, anak harus diperkenalkan dengan istilah "Toilet training".

Toilet training atau potty training, adalah sebuah proses dimana balita dilatih untuk buang air besar dan buang air kecil selayaknya orang dewasa. Anak akan dilatih bagaimana membiasakan diri untuk menggunakan toilet atau kamar mandi, ketika membuang hajat. Seringkali, langkah yang pertama dilakukan dalam pembiasaan ini adalah dengan memberikan potty seat, semacam kursi toilet untuk simulasi.

Kapan Toilet Training bisa Dimulai?

Pada umumnya, anak siap menjalani toilet training pada usia 1 tahun 6 bulan, tapi kebanyakan anak siap memulainya pada saat berusia 1 tahun 10 bulan hingga 2 tahun 6 bulan. Bahkan, anak baru bisa memakai toilet dengan sempurna sekitar usia 3 tahun.

Namun pada hakikatnya, setiap anak memiliki waktu dan kesiapan yang berbeda-beda untuk memulai toilet training. Bukan hanya soal usia, keberhasilan toilet training juga bergantung pada fisik, perkembangan dan perilaku anak. Misalnya, mayoritas anak perempuan biasanya menunjukkan minat lebih awal dan cenderung lebih cepat untuk memahami toilet training daripada anak laki-laki.

Maka dari itu, orang tua jangan terlalu terburu-buru. Buatlah anak merasa nyaman untuk melakukannya, tanpa paksaan. Tidak ada usia yang sempurna untuk memulai toilet training, karena waktu terbaik untuk memulai toilet training adalah saat anak mulai menunjukkan tanda kesiapan.

Bagaimana Mengetahui Bahwa Anak Sudah Siap Diberikan Toilet Training?

Anak sudah mulai menunjukkan kesiapan untuk toilet training, rata-rata pada usia 2 tahun. Biasanya, mereka akan menunjukkan tanda-tandanya melalui ekspresi maupun perilaku. Anak akan memperlihatkan kesiapannya dalam berbagai cara, misalnya seperti keingintahuan mereka tentang toilet dan pakaian dalam. Selebihnya, coba perhatikan hal-hal berikut:

  • Sudahkah anak mengenal toilet dan tertarik untuk menuju kesana?
  • Dapatkah anak menarik celana dan memakainya lagi tanpa bantuan orang lain?
  • Sudahkah popok anak dalam keadaan kering selama 2 jam? (Bukti kandung kemih sudah bisa menyimpan urin dengan baik)
  • Dapatkah anak berkomunikasi (baik dengan isyarat atau perkataan) ketika menahan BAB atau BAK?
  • Sudahkah anak sudah tertarik mengenakan pakaian dalam (celana dalam) dan menunjukkan sikap mulai tidak suka memakai popok dengan cara menariknya (terutama ketika popok dalam keadaan basah)?
  • Sudah bisakah anak mengikuti dan paham akan instruksi sederhana?

Jika jawaban dari poin-poin diatas sebagian besar adalah "ya", maka selamat! Kemungkinan besar, anak anda sudah siap untuk diberi toilet training. Namun perlu diketahui, bahwa tidak semua tanda-tanda itu harus ada ketika anak sudah siap. Apalagi ketika menghadapi anak yang sudah bisa mengungkapkan penolakan sebagai respon utamanya (misal: dengan mengucapkan kata tidak).

Dan apabila tanda-tanda diatas belum terlihat, padahal usia anak sudah memasuki 2 tahun atau lebih, maka pilihan terbaik yang bisa dilakukan orang tua adalah menunggu. Kesabaran dan waktu yang tepat adalah kunci. Oleh karena itu, jika orang tua memaksa untuk memberikan toilet training pada waktu yang belum tepat, maka bisa jadi prosesnya malah akan lebih lama dari yang dibutuhkan. Jangan khawatir!

Sebelum memulai, alangkah baiknya orang tua perlu mengenal apa saja alat yang dapat membantu keberhasilan toilet training:

Training Pants

referensi gambar: shopee/clodistore
referensi gambar: shopee/clodistore
Celana ini membantu anak latihan untuk tidak pipis di celana. Berbeda dengan cloth diaper atau popok yang memang dirancang tetap kering meski anak mengompol, training pants justru memberi sensasi basah sehingga anak menjadi tak nyaman. Namun tidak perlu khawatir karena celana ini bisa menjaga cairan agar tidak bocor.

Potty Seat

referensi gambar: pottytrainingconcepts.com
referensi gambar: pottytrainingconcepts.com
Potty seat adalah dudukan kloset yang diperuntukkan khusus untuk anak-anak. Biasanya potty seat didesain semenarik mungkin, dengan ditambah warna-warna yang bagus untuk  memberikan kenyamanan ketika anak berada di dalam toilet.

Travel Potty

referensi gambar: protint-swansea.co.uk
referensi gambar: protint-swansea.co.uk
Sama seperti potty seat, bedanya travel potty ini berbentuk seperti kursi yang bisa dibawa kemana-mana. Jadi, jika anak belum mau diajak ke toilet, maka travel potty ini bisa dijadikan solusi. Travel potty bisa melatih anak untuk terbiasa duduk di toilet, meskipun masih menggunakan popok.

Sprei Tahan Air/Perlak

referensi gambar: majalahummi.com
referensi gambar: majalahummi.com
Sprei ini bisa digunakan ketika anak sudah mulai tidur tanpa popok. Jika sewaktu-waktu anak mengompol, maka kasur tidak akan basah. Disamping itu, anak akan merasa risih dengan pipisnya yang menggenang sehingga memancing anak untuk bangun ketika ingin pipis.

Bagaimana cara untuk melatih toilet training?

Perhatikan isyarat anak

Dear orang tua, perhatikanlah ketika anak menunjukkan tanda-tanda akan BAK atau BAB. Kemudian, ingat kapan saja waktunya. Perhatikan durasinya juga, misal: 2 jam setelah minum ASI. Hal ini akan memudahkan orang tua dalam memberikan toilet training.

Jadilah role model

Penting untuk diingat, bahwa anak akan tidak segan-segan mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Dalam kaitannya dengan toilet training, hendaklah orang tua membiasakan mengajak anak ke toilet ketika mengetahui tanda-tanda anak akan BAB/BAK. Selain itu, biasakan anak dengan kata-kata yang berhubungan dengan toilet, misalnya: pipis, wc, pup, dsb.

Jadikan toilet menjadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi

Jika menggunakan potty seat, sediakan potty yang semenarik mungkin. Gunakan potty yang bergambar karakter kesukaan anak, atau warna yang disukai. Maka, dengan itu anak akan senang jika diminta duduk diatas potty.

Gunakan pujian dengan bentuk yang disukai anak

Pujian tidak harus dengan verbal, namun bisa menyesuaikan dengan kesukaan anak. Jika anak suka kontak fisik, maka berikan pujian dalam bentuk pelukan atau ciuman. Jika anak menyukai bintang, maka buatlah skor kemudian tempel bintang ketika anak menunjukkan kemajuan dalam toilet training.

____________________________

Selain kesiapan anak, kesiapan orang tua juga penting dalam memberikan toilet training. Jangan memaksakan keinginan supaya anak bisa cepat lepas popok. Akan tetapi, buatlah anak merasa nyaman sehingga terbiasa melakukannya. Jika orang tua tetap memaksa ketika anak belum siap, maka dikhawatirkan anak malah menjadi stress.

Dan perlu diingat untuk tidak memberikan hukuman ketika anak mulai ngompol sembarangan. Jangan memarahi atau mempermalukan. Karena jika orang tua memutuskan untuk mulai melepas popok, maka harus mampu menerima konsekuensinya.

Baiknya, orang tua juga perlu sharing dengan sesama teman terkait dengan ini. Bahkan jika perlu, konsultasikan perkembangan toilet training anak kepada dokter.

referensi 1 2 3 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun