Bermain, adalah bagian mutlak dari fase kehidupan anak. Suatu permainan merupakan wadah bagi anak untuk mengekspresikan jati dirinya. Dengan bermain, otomatis anak akan merasa gembira dengan apa yang ia mainkan, karena kembali pada hakikatnya, bermain merupakan aktivitas menyenangkan yang disukai anak.
Selain memberikan kesenangan, bermain juga bisa memberi pengalaman belajar pada anak. Oleh karenanya pada jenjang pendidikan anak usia dini, kebanyakan guru akan menerapkan berbagai macam permainan serta game untuk mengasah aspek-aspek perkembangan pada anak didik. Cara ini disinyalir sebagai media pembelajaran yang paling tepat untuk rentang anak usia dini, karena anak akan mendapatkan ilmu dengan mudah dari apa yang membuatnya senang.
Bicara soal bermain, tentu didalam pelaksanaannya ada tahapan-tahapannya tersendiri. Ada banyak ahli yang menggolongkan tahapan bermain anak menjadi beberapa jenis, diantaranya : Rubin, Fein, dan Vandenberg (1983), serta Smilansky (1968). Mereka membagi tahapan bermain menjadi 4 tahap.
Tahap Bermain Fungsional (Fungtional Play)
Tahapan bermain ini, umumnya tampak pada anak dengan rentang usia 1 sampai 2 tahun dengan mengedepankan perkembangan aspek sensori-motorik. Gerakannya masih sederhana dan cenderung diulang-ulang, sementara praktiknya bisa dengan alat-alat tertentu, atau cukup dengan gerakan fisik.
Disisi lain, tingkatan bermain fungsional dari segi kognitifnya lebih mengacu pada solitary independent play (bermain sendiri). Namun juga bisa pada tingkat assosiative play (bermain dengan teman sebaya).
Berikut contoh permainan fungsional yang dapat dimainkan anak :
Merah Putih
Durasi : 20-30 menit
Lokasi : Lapangan terbuka
Perlengkapan : -