Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Adakah yang "Kutu Loncat" seperti Saya?

26 November 2019   09:04 Diperbarui: 26 November 2019   21:23 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerjaan. Sumber: Pixabay.com

Saya kerja di perusahaan film offset untuk keperluan cetak, mesin utama pada perusahaan tersebut bukan mesin terbaru jadi nggak ada otomatisasinya. Jika mesin terbaru mungkin pas lembar filmnya keluar bisa langsung pake disebabkan telah dicuci di dalam mesin tersebut juga. Tetapi yang ini tidak. Lembarannya dimasukkan wadah semacam pipa untuk dicuci pada wadah berisi bahan kimia di ruang paling belakang bangunan rumah-usaha tadi yang cukup gelap.

Mata saya tidak biasa beralih dari terang (lingkup ruang komputer dan lorong) ke ruang gelap secara cepat itu tadi. Di sisi lain, para senior yang dua-duanya wanita sangat pelit ilmu ketika saya berusaha kerja praktis dan efisien menurut ritme kerja di tempat itu. Mungkin mereka takut digantikan yang lebih muda ya (macam saya saat itu contohnya).

Jadi setelah mengalami banyak kesalahan kerja selama sebulan di situ karena beberapa hal yang saya sebutkan, saya pun dikeluarkan

Pekerjaan I.
Perusahaan tersebut masih baru merintis. Punya mesin cetak ukuran A3+ mahal: diatas 1M. Dan satu-satunya yang ada di Surabaya Timur saat itu sedangkan perusahaan Digital Printing umumnya ada di Surabaya Pusat. Katanya, yang mempunyai mesin mahal tersebut hanya ada 2 untuk merek Canon: satu di Surabaya, satu di Jogja.

Masa2 awal masih agak sepi. Dan ramai menjelang awal tahun kedua. Gaji saya cukup banyak disitu meski jam kerja hampir selalu 14 jam perharinya. Dapat makan juga.

Perjalanan dari rumah ke tempat kerja lumayan panjang: 1 jam perjalanan lewat MERR yang baru saja jadi. Namun tanggung jawabnya kemudian bertambah berat. Desainer dan tugas komputer sekaligus finishing dan tak lama kemudian ada fotokopi juga. 

Pekerjaan disanalah yang membuat saya terserang kekalutan dan depresi lagi. Juga karena teringat boss keparat dari pekerjaan D. Pernah, satu hari kerja dimulai dari jam 09.00-04.00 pagi keesokannya; dalam rangka anak desain Univ Petra mencetak tugas semesteran dan tugas akhir.

Keesokannya saya diminta masuk kerja jam 12.00 sedangkan biasanya jam 09.00. Sehari setelah kerja hingga pukul 04.00 pagi tadi, saya keliru print 100 lembar lebih karena konsentrasi dan energi terkuras sehari sebelumnya. Bolak-balik pula. Jika buat percetakan offset itu jumlah kecil karena biasanya ada sekian lembar untuk 'margin error', buat digital printing itu jumlah yang besar.

Bos saya lulusan Petra, jadi posisinya ibarat kakak kelas membantu adik kelas. Tapi pada hari-hari biasa seringnya saya pulang jam 12 malam padahal jam kerja dimulai jam 09 pagi. Tak sempat kemana-mana sesudahnya. Bila banyak orang kerja untuk hidup, kondisi saya mirip 'hidup untuk kerja'.

Saya adalah satu-satunya karyawan yang bertahan 1 tahunan lebih sejak awal merintis. Lainnya resign dengan alasan macam-macam. Saya kabur saat kalut dan depresi tadi, tau-tau tidak masuk kerja beberapa hari. Saya tidak bilang apapun saat bos menelepon saya. Saya mendengarkannya, lalu menutupnya; saya hanya merasa tidak kuat... tak bisa berpikir dan bicara.

Pekerjaan J.
Mencoba peruntungan di bidang pengajaran. Alias jadi guru di lembaga kursus. Tapi gaji malah dicicil. Saya tak melihat masa depan dari gaji yang dicicil ini jika terus bersamanya. Entah apakah lembaga kursus sekarang terkena imbas tutorial yang tersebar di youtube? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun