Mohon tunggu...
Kemas Ahmad Adnan
Kemas Ahmad Adnan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Ilmu Komunikasi

Sekarang sedang belajar dan mencoba menulis berita, cerita, opini dsb

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konvergensi Media: Bentuk dan Dampaknya

15 April 2021   12:52 Diperbarui: 15 April 2021   13:48 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konvergensi media adalah sebuah proses ataupun hasil penggabungan antara konsep media tradisional dan baru dalam sebuah platform sosial. Dalam leverageedu.com, konvergensi media didefinisikan sebagai istilah yang merujuk pada koneksi atau penggabungan berbagai macam jenis dan bentuk media massa seperti media tradisional, media baru, broadcast media, ataupun print media dalam satu platform digital[1]. Sedangkan menurut Wikipedia, konvergensi media dimaknai sebagai penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan dalam suatu titik tujuan[2]. Dalam sebuah jurnal dengan judul Media Convergence, an Introduction, konvergensi media dijelaskan sebagai teori dalam komunikasi yang menggambarkan media massa dalam titik tertentu bergabung dalam satu jalur atau media sebagai bentuk adaptasi terhadap kehadiran teknologi baru.

Dalam jurnal yang lain dengan judul Surat Kabar & Konvergensi Media (Studi Deskriptif Kualitatif Model Konvergensi Media Pada Solopos), konvergensi media dijelaskan sebagai konsep perkembangan media massa yang melibatkan banyak faktor teknologi di dalamnya. Melalui setiap definisi dan gambarannya dapat disimpulkan bahwa konvergensi media adalah bentuk integrasi, penggabungan atau koneksi berbagai macam media massa dalam satu platform hasil dari adaptasi munculnya perkembangan teknologi informasi serta komunikasi. Seperti yang sudah diketahui, media sebelumnya dibagi dalam dua jenis yaitu tradisional dan baru, diukur dari bentuk media dan bagaimana informasi disampaikan. Ketika terjadi perkembangan teknologi informasi, secara spesifik yaitu internet, media massa dipaksa untuk dapat beradaptasi sehingga memiliki kapasitas untuk tetap menyebarkan informasi dan menjaring penonton. 

"Kenapa kapasitas untuk menyebarkan informasi dan menjaring penonton itu penting?" dalam media massa, yang secara fungsi adalah menyusun dan menyebarkan informasi, kapasitas menjadi titik ukur bagaimana kemampuan media massa menyebarkan informasi kepada audiensnya. Ketika informasi tidak mampu disebarkan, maka media massa secara fungsional dapat dianggap gagal. Ketika media massa telah dianggap mampu menyebarkan informasi, maka kemampuan tersebut seharusnya sejalan dengan kepiawaian media massa dalam menjaring dan menyebarkan informasi kepada audiensnya. Ketika informasi yang sesuai telah disusun dan disebarkan kepada audiens yang tepat, maka secara fungsi, media massa dapat dianggap berhasil. 

Konvergensi media memiliki banyak bentuk. Secara sederhana dapat ditentukan melalui bentuk integrasi antara media tradisional dan baru, seperti misalnya media sosial, media online, media streaming, dsb. Untuk media sosial biasanya berorientasi pada tulisan ditambah fitur interaksi antar audiens/pengguna contohnya Twitter yang terdiri dari media massa, print media, internet, bahkan broadcasting. Untuk media streaming yang berorientasi pada menonton ada  Netflix dan Youtube dimana dalam konsep media streaming, Netflix dan youtube sama-sama menggunakan satu platform/media sebagai wadah bagi audiens untuk mengakses informasi dan komunikasi. Melalui media tersebut penonton dapat mengakses video secara bebas, bedanya Netflix pada film dan berbayar; Youtube gratis dan bergantung pada hasil karya content creator. 

Sedangkan untuk media online adalah bentuk dari integrasi media massa utamanya cetak yang mengubah format dari yang sebelumnya berbasis cetak menjadi digital. Hal ini dapat terjadi karena umumnya penggunaan internet. Dalam sebuah data hasil riset we are social dan hootsuit pada 11 February 2021 tentang digitalisasi dan penggunaan internet di Indonesia, menemukan bahwa terdapat sekitar 202.6 juta jiwa pengguna internet terhitung dari bulan januari 2021[3]. . 

Saya pribadi yang merasa sebagai bagian dari kelompok anak muda pastinya juga mengakses bentuk-bentuk dari konvergensi media. Seperti misalnya saya sehari-hari biasanya menggunakan media sosial seperti WhatsApp, Instagram, Twitter dan Facebook utamanya untuk mencari informasi dan berinteraksi dengan teman online. Bagi saya bermain media sosial cukup mudah dan menyenangkan bahkan apabila dapat dimanfaatkan dengan baik, media sosial mampu mengarahkan kita pada pengetahuan baru dan teman baru. Karena itu saya tidak dapat menolak fakta bahwasanya seringkali waktu saya habiskan hanya untuk online dan update informasi di media sosial. 

Selain media sosial, saya juga lumayan 'intens' mengakses media streaming seperti Youtube. Selain gratis, youtube juga memberikan kepada saya sebagai pengguna kebebasan untuk mencari konten favorit mulai dari hiburan, makanan, edukasi, musik dll. Bagi saya kebebesan dan kemudahan akses ini sangat berdampak secara signifikan bagi kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak, selain media sosial, youtube juga menjadi alasan saya mampu menghabiskan waktu cukup lama di smartphone terutama konten musik. 

Untuk media online saya lebih kearah memanfaatkannya untuk keperluan update berita ataupun isu hangat di tanah air maupun internasional. Favorit saya ada mojok, asumsi, tirto, kumparan, kompasiana, vice Indonesia dan beberapa media internasional seperti Harvard business review, inc, NatGeo, serta The Economist. Biasanya saya mengakses berita tersebut melalui spoiler dan preview gambar dalam konten yang ada di Twitter. Kemudahan akses, berita yang update/isu hangat yang diangkat menjadi alasan utama saya mengakses media online tersebut bahkan menyimpan informasi dan insight-nya penting dalam catatan saya. 

Meskipun menganggap diri sendiri bagian dari kelompok anak muda, saya merasa alasan menggunakan bentuk konvergensi media antara saya dan anak muda yang lain pastilah berbeda. Akan tetapi saya percaya setidaknya setiap anak muda mengakses bentuk konvergensi media minimal satu jam dalam sehari. Kenapa saya bisa percaya diri dengan pendapat tersebut? sederhananya karena anak muda biasanya tertarik dengan sesuatu yang trendi, mudah, dan sederhana. Selain itu dalam data dari hasil riset we are social dan hootsuit tentang digitalisasi dan internet di Indonesia  [4], menemukan bahwa kelompok usia dari 16-64 menghabiskan waktu sekitar 8 jam 52 menit, dan secara spesifik menghabiskan  3jam  14 menit untuk media sosial, 1 jam 30 menit untuk streaming lagu dan 1 jam 38 menit untuk membaca atau mengakses media massa (online maupun offline) . 

Menurut saya, potensi konvergensi media amatlah besar. Dengan basis label trendi, mudah dan sederhana, konvergensi media telah diketahui dan konten-konten di dalamnya telah dinikmati oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Kilas balik kepada data yang sempat saya suguhkan, ada total 202,6 juta pengakses internet di Indonesia, itu jelas bukan angka yang kecil dan coba bayangkan berapa persentase konvergensi media secara umum mengambil bagian sebagai tujuan seseorang mengakses internet. Dari gambaran ini potensi konvergensi media yang dapat saya sebutkan ada jaringan (networking), akses (accessibility), efektivitas (effective), dan sudah biasa atau umum (public). 

Networking menggambarkan bagaimana konvergensi media telah membentuk jaringan dan komunitas baru, interaksi antar pengguna di Indonesia. Accessibility menggambarkan bagaimana prinsip anytime, anywhere, anyone diterapkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Effective menggambarkan kemudahan dan sederhananya cara dan bentuk untuk mengakses konvergensi media. Terakhir, Public menggambarkan penggunaan konvergensi media yang sudah dilumrahkan atau dibiasakan dalam praktek keseharian masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun