Mohon tunggu...
Kemal Jam
Kemal Jam Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar Menulis dan Mengamati sekitar.

Mengamati apa yang nampak, dan menggali apa yang tak nampak. Kontak langsung dengan saya di k3malj4m@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Isoman 2: Bisa Mati Menanti Petunjuk

18 Juli 2021   18:21 Diperbarui: 18 Juli 2021   18:27 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami juga mendapatkan saran-saran obat-obatan dari saudara, teman dan tetangga. Bapakku akhirnya membeli obat sesuai dari saran Satgas RT-RW yang didalamnya ada obat-obatan seharusnya dengan resep dokter.

Saat malam hari hendak meminum obat-obat itu aku bingung harus bagaimana. Akhirnya penjelasan semua obat itu aku baca satu-satu, untuk apa dan potensi efeksampingnya apa. Beberapa ku minum yang sesuai gejala, sedangkan yang masih ragu karena harus resep dokter tidak kuminum.

Selasa, 29 Juni keadaan masih sama tidak ada petunjuk dari puskesmas. Namun beberapa gejala sudah mulai terasa lebih baiik. Masih panas namun bisa terkendali, rasa radang tenggorokan masih mengganggu namun sedikit lebih baik. Mungkin juga efek obat.

Karena belum ada kabar dari puskesmas istri komplain ke Puskesmas melalui IG puskesmas. Karena kami juga khawatir takut ada anggota keluarga yang lain juga positif. Kami membutuhkan tes PCR, sedangkan untuk tes PCR mandiri membutuhkan biaya cukup besar.

Rabu, 30 Juni akhirnya puskesmas menghubungi, kami sekeluarga dijadwalkan tes PCR di Puskesmas. Istri dan saya mengkonsultasikan obat-obatan yang sudah terlanjur dibeli. Hasilnya memang tidak semua dibutuhkan.

Kawan yang Gelisah

Kegelisahan ini juga dialami kawanku. Pada hari ke-9 isolasi tiba-tiba istri teman menghubungi saya lewat WA menceritakan kondisi suaminya.

"Mas Kemal suami saya positif hasil tesnya, sekarang kita diisolasi di rumah nunggu dihubungi puskesmas. Ini saya tanyain kok katanya sakit, tapi ga bilang sakitnya gimana. Tolong diajak omong mas kita khawatir. Biasanya kalo sama mas Kemal dia mau bicara"

Ternyata yang terjadi hampir sama seperti yang kualami. Saat itu ia sudah hari kedua diisolasi, belum ada telepon dari puskesmas. Kondisinya masih demam dan tenggorokannya sakit. Sejauh ini ia hanya minum obat penurun panas. Ia juga khawatir karena keluarganya kesulitan makan karena tidak diperbolehkan Satgas RT-RW membeli makanan keluar rumah.

Aku sarankan ia untuk menunggu sampai besoknya, jika tidak datang bisa segera datang sendiri ke puskesmas. Tapi ia khawatir tidak diperbolehkan keluar oleh satgas RT-Rwnya. Saya sarankan ia untuk menyampaikan keperluannya keluar untuk berobat ke puskesmas. Namun Alhamdulillah tidak perlu sampai seperti itu karena keesokan harinya (hari ke3 ia diisolasi) Puskesmas menghubungi dan memfasilitasi obat dan PCR keluarganya, satgaspun meberi bantuan makanan.

Hampir Mati Menanti Petunjuk

Kawanku yang lain lebih ekstrim, dia tes PCR di puskesmas dekat tempat kerja yang berbeda dengan puskesmas domisilinya. Setelah diketahui positif, ia dimintai data oleh puskesmas tempat tesnya, katanya data itu akan diteruskan ke puskesmas dekat rumahnya. Ia diberitahu jika nanti selanjutnya akan ditelepon Puskesmas dekat rumahnya.

Namun kenyataannya berhari-hari  ia tidak dihubungi. Pada hari keempat, salah satu keluarganya ada yang melapor menanyakan ke puskesmas, namun jawabannya hanya "nanti dihubungi" sampai hari ketujuh, subuh-subuh dia WA aku, "Saya sesak tolong".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun