Mohon tunggu...
Kemal Arya
Kemal Arya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia di Era Bonus Demografi, Berkah? atau Malah Jadi Bencana?

11 Desember 2017   21:46 Diperbarui: 11 Desember 2017   23:04 3491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah anda mengetahui apa bonus demografi itu? Jika tidak, anda perlu mengetahuinya. Bonus demografi adalah dimana suatu negara memiliki penduduk yang di dominasi usia produktif (15 - 64 tahun) atas jumlah penduduk tidak produktif yang  bisa dilihat dari angka rasio ketergantungan yang rendah. Rasio ketergantungan sendiri merupakan rasio dimana perbandingan usia tidak produktif lebih sedikit ketimbang usia produktifnya.

Indonesia sendiri di asumsikan sudah memasuki era bonus demografi, karena menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Proporsi anak - anak berumur 0-14 tahun turun dari 28,6 persen pada tahun 2010 menjadi 21,5 persen di tahun 2035. Pada kurun waktu yang sama, mereka yang dalam usia kerja, 15-64 tahun meningkat dari 66,5 persen menjadi 67,9 persen dan mereka yang berusia 65 tahun ke atas naik dari 5,0 persen menjadi 10,6 persen. 

Perubahan susunan ini mengakibatkan beban ketergantungan (dependency ratio) turun dari 50,5 persen pada tahun 2010 menjadi 47,3 persen pada tahun 2035. Menurunnya rasio beban ketergantungan menunjukkan berkurangnya beban ekonomi bagi penduduk umur produktif (usia kerja) yang menanggung penduduk umur tidak produktif. Bisa kita ketahui dari data diatas bahwa proyeksi umur masyarakat Indonesia kedepannya sangat padat pada usia 15 - 64 tahun, dimana ini adalah usia produktif makhluk hidup untuk berkarya.

Sumber daya manusia sangat mempengaruhi pembangunan suatu bangsa, khususnya indonesia yang merupakan negara berkembang dan masih membangun, maka dari itu Indonesia harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Kondisi era bonus demografi ini harus kita manfaatkan, ya kata "bonus" sendiri bisa kita dapatkan apabila kita menyiapkan dengan sangat baik. Sungguh sangat menguntungkan memiliki penduduk yang rata -rata berada diusia produktif, dimana hal itu bisa menunjang pertumbuhan ekonomi di Indoneia dan bisa membuat kesejahteraan menyeluruh di Indonesia

Menurut Presiden Indonesia, Jokowi, menyatakan bahwa bonus demografi ini diibaratkan pedang bermata dua, dimana hal ini bisa menjadi berkah atau bisa menjadi bencana untuk bangsa ini. Artinya untuk menghadapi hal ini, kita harus kembali kepada SDM, kita harus mempunyai SDM yang berkarakter sehat, cerdas, dan produktif. Selain itu pemerintahan Presiden Jokowi telah menyiapkan beberapa cara untuk menghadapi bonus demografi, antara lain:

  • Menargetkan 2 juta lapangan kerja baru per tahun atau 10 juta lapangan kerja pada periode pemerintahan 2019.
  • Meningkatkan skill pekerja dengan cara meningkatkan pelatihan vokasi di Balai Latihan Kerja (BLK). BLK dilakukan di perusahaan pemerintah maupun swasta
  • Pemerintahan juga mendorong adanya wirausahawan baru untuk membantu pemerintah agar mereka memiliki lapangan pekerjaan. Pemerintah juga memberi bantuan merupakan pelatihan dan bantuan sarana.

Kemudian pemerintahan juga memiliki fokus lain untuk menunjang, yaitu fokus untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. Hal ini disebabkan karena 60% tenaga kerja nasional merupakan lulusan SD dan SMP. Kedua lulusan ini mempunyai konsekuensi terserap pada industri padat karya.

Dari seluruh upaya pemerintah dalam menghadapi bonus demografi, ada baiknya kita sebagai masyarakat ikut bekerja sama dengan pemerintah agar program - program tersebut bisa berjalan dan apabila pemerintah dan rakyat indonesia tidak bisa bekerja sama dalam menghadapi era bonus demografi, maka yang terjadi adalah bencana demografi yang akan membuat orang - orang di usia produktif menjadi seorang pengangguran, kemudian kemiskinan di Indonesia meningkat,  bisa saja meningkatkan angka kriminalitas dan mengancam keamanan dalam Negeri.

Maka dari itu kita sebagai masyarakat harus membantu pemerintah dalam menghadapi hal ini, sosialisasi kepada masyarakat pun penting agar mereka paham, dan fokusnya tidak hanya pada usia 15 - 64 tahun tetapi kita juga memerlukan pembentukan karakter pada usia 1- 14 tahun, karena di usia ini adalah usia krusial dimana pendidikan harus dioptimalkan, ada karakter sedang dibentuk, dan tumbuh kembangnya sedang diawasi. Disinilah mengapa anak usia dini perlu pengawasan orang tua dan keluarga agar mereka kedepannya siap menghadapi ketatnya persaingan.

Data dan Referensi

Badan Pusat Statistik "Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 - 2035". Jakarta. Badan Pusat Statistik

 "Proyeksi Angka Kelahiran". Data.go.id. Diakses pada 8 Desember 2017. https://data.go.id/dataset/proyeksi-angka-kelahiran-total

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun