"Indonesia tempat sampah dunia," cuit Azelia Banks di laman X.Â
PENYANYI dan rapper Amerika Serikat itu menyebut Indonesia sebagai "tempat sampah dunia". Ia membandingkan kondisi Indonesia dengan India, melabeli keduanya sebagai "tanah terlantar yang tercemar" akibat limbah global.
Dalam cuitannya, pada 11 April 2025, ia juga mengungkapkan kekhawatirannya akan dampak pencemaran sampah terhadap kesehatan masyarakat Indonesia. Secara satire Banks menyarankan agar sampah dunia dikirim ke Mars daripada diekspor ke negara berkembang .
Pernyataan kritis Banks itu memicu reaksi beragam dari netizen Indonesia. Sebagian besar menganggapnya penghinaan, sementara yang lain melihatnya sebagai kritik membangun terhadap praktik negara-negara maju yang mengekspor sampah ke negara berkembang.
Mitos Daur Ulang
Di tengah riuh rendah masalah sampah, ada suara anak muda menggelitik panggung dunia. Namanya Aeshnina Azzahra Aqilani alias "Nina". Aktivis muda kelahiran 2007 asal Sidoarjo ini berani menyurati para pemimpin dunia, seperti Donald Trump, Joe Biden, hingga Presiden Joko Widodo. Ia konsisten menyuarakan satu hal: sampah plastik bukan hanya soal kotor, tapi soal keadilan dan masa depan.
Nina menyoroti bagaimana negara-negara maju seperti Amerika, Belanda, Jepang dan Jerman yang katanya mempunyai teknologi pengolahan sampah canggih, nyatanya kesulitan membiayai produksinya. Akhirnya sampah-sampah itu diekspor ke Indonesia. Â
Pada tahun 2024, Indonesia mengimpor sekitar 262.903 ton sampah plastik, meningkat dibandingkan dengan 252.000 ton pada tahun sebelumnya. Sebagian besar sampah plastik ini berasal dari negara-negara Eropa, dengan Belanda sebagai pemasok utama, mengirimkan sekitar 107.500 ton, yang berkontribusi sekitar 41% dari total impor tersebut.
Impor sampah plastik ini umumnya digunakan sebagai bahan baku industri daur ulang di dalam negeri. Namun, praktik ini menimbulkan kekhawatiran terkait dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sebagai respons, pemerintah Indonesia berencana untuk menghentikan impor sampah plastik pada tahun 2025 untuk mendorong pengelolaan sampah domestik yang lebih baik. Tapi benarkah semua permasalahan sampah selesai?
Dalam salah satu podcast, Nina sempat menyeletuk: "Recycling plastik itu mitos." Kenyataannya pengusaha daur ulang banyak yang kesulitan mengongkosi biaya produksi, ditambah masih ada residu yang ujung-ujungnya mencemari lingkungan.