Mohon tunggu...
Eunike Tabita
Eunike Tabita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Diponegoro

Reportasi tentang kegiatan pasca KKN

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandemi Covid-19 Berkelanjutan, Warga Tambakrejo: Biaya Sehari-hari Membludak karena Harus Beli Masker

8 Agustus 2021   19:00 Diperbarui: 8 Agustus 2021   19:27 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 di Indonesia ternyata tak kunjung usai juga. Tak cukup melanda Indonesia di sepanjang tahun 2020, wabah virus ini melanggengkan eksistensinya hingga memasuki kuartal kedua tahun 2021. Pandemi covid-19 masih saja menjadi momok bagi masyarakat Indonesia, pasalnya banyak aktivitas warga yang menjadi terganggu akibat maraknya wabah virus corona ini. 

Pada  3 Juli 2021 pemerintah Indonesia menyiapkan skema peraturan pembatasan kegiatan masyarakat yang disebut sebagai peraturan PPKM Darurat (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Mayarakat) yang membuat perekonomian warga sedikit terhambat, banyak masyarakat yang lagi-lagi harus menerima kebijakan work from home, dirumahkan untuk sementara waktu atau bahkan di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dari perusahaan tempat mereka bekerja. 

Tak hanya itu para pedagang kaki lima dan mereka yang bergerak dibidang industri kuliner juga harus memutar otak mereka untuk menghadapi PPKM kali ini, dikarenakan perturan terbaru PPKM Darurat hanya memperbolehkan pengaturan Delivery/Take Away saja yang mana pelanggan tidak diperbolehkan untuk makan di tempat.

Berkunjung ke salah satu wilayah di Kota Semarang, mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro berusaha mencari tahu hal apa yang menjadi sebuah keresahan masyarakat di masa PPKM ini, beberapa warga menyampaikan bahwa perekonomian mereka terdampak oleh PPKM Darurat ini. 

Saat ditanya mengenai protokol kesehatan apa saja yang warga RT 04 terapkan, mereka mengaku melakukannya dengan baik namun masih sering menggunakan satu lapis masker saja, hal ini dikarenakan menggunakan masker ganda cukup memakan biaya yang seharusnya dapat digunakan untuk keperluan lain. Seorang warga bernama Ibu Dyah (45) mengungkapkan bahwa biaya sehari-hari kadang membludak karena kebutuhan masker bagi seluruh anggota keluarganya yang bekerja di luar rumah.

“Saya menerapkan penggunaan masker ganda, tetapi terkadang kalau stok masker habis ya saya pakai satu lapis, soalnya anggota keluarga saya kebanyakan masih aktif bekerja di luar rumah bertemu banyak orang Mbak, jadi ya harus maskeran terus. Ya borosnya disitu keluarga banyak dan harus memakai masker semua karena bekerja ketemu banyak orang, akhirnya biaya sehari-hari membludak, apalagi sekarag kan wajib bermasker jadi udah jadi kebutuhan utama rumah tangga masker itu,” ujar Ibu Dyah.

dokpri
dokpri

Dalam rangka memberikan manfaat dan solusi bagi warga wilayah RT 04 Tambakrejo, pada kegiatan KKN Tim II Universitas Diponegoro tahun 2021 ini, mahasiswa merancang program kerja yang dapat mengedukasi masyarakat melalui kampanye sosial Gerakan 3G. 

Apa sebenrnya gerakan 3G itu? Gerakan 3G adalah sebuah gerakan pembaharuan yang dapat menyempurnakan gerakan sebelumnya yang menyerukan protokol kesehatan di tengah pandemi covid-19.

Gerakan dalam 3G meliputi ajakan untuk menggunakan masker ganda, ajakan untuk mengganti masker setiap 4 jam sekali, dan menggunting masker setelah digunakan lalu masker yang telah dirobek dibuang ke tempat sampah medis  (Gunakan Masker Ganda, Ganti Masker Setiap 4 Jam Sekali, Gunting Masker Setelah Digunakan). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun