Mohon tunggu...
Keisha Lagunsad
Keisha Lagunsad Mohon Tunggu... Lainnya - Anyeong

Anyeong

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Netflix Layar Ilmu

18 Maret 2021   15:34 Diperbarui: 19 Maret 2021   12:31 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.imdb.com%2Ftitle%2Ftt7767422%2F&psig=AOvVaw3ie0m5j5ma2gVjPk1_vslJ&ust=1616218160310000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCPjJ3_7Pu-8CFQAAAAAdAAAAABAJ

Teman-teman pasti sering mendengarkan kata 'Budaya Pop' atau 'Pop Culture', sebenarnya apa sih artinya? Budaya Populer adalah budaya yang mendominasi dari budaya lain karena banyak disukai masyarakat dan tentunya juga mempengaruhi masyarakat. Menurut Budaya Populer memiliki banyak ciri khas, diantaranya adalah budaya pop itu tidak abadi dan hanya terjadi dalam kurun waktu yang singkat. Kemudian, hal ini mementingkan kesenangan, kepuasan, dan keinginan. 

Budaya Pop juga memberikan kemudahan bagi mereka yang menggunakan produk budayanya. Salah satu contoh produk Budaya Populer adalah Netflix. Netflix merupakan aplikasi berbasis software yang memberikan banyak sekali film dan movie series. Menurut survei Media Partners Asia (MPA) dalam cnnindonesia.com, Netflix hingga 16 Januari 2021 memiliki pelanggan sebanyak 850.000 di Indonesia. Netflix digunakan sebagai tempat untuk mencari hiburan, karena banyak sekali film yang bisa kita akses dan juga banyak genre yang tersedia, seperti Romance, Documenter, Horror, Thriller, dan genre lainnya. Namun, tidak hanya memberikan hiburan dengan genre-genre ini, Netflix juga menayangkan cerita yang membahas tentang politik, salah satunya adalah serial film berjudul 'The Crown' yang hingga saat ini sudah menayangkan Season ke-3. 

Serial ini ingin menceritakan tentang bagaimana kehidupan awal Ratu Elizabeth II sebagai pemimpin Kerajaan Inggris. Antaranews.com menyatakan bahwa cerita ini merupakan kisah nyata yang terjadi namun tetap dibumbui dengan cerita fiksi. Serial ini kemudian membuat banyak orang tahu bagaimana kehidupan dalam kerajaan Inggris dan bagaimana sistem politik dalam kerajaan yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Namun, penayangan serial ini sempat mengambil perhatian kerajaan Inggris. Pihak kerajaan Inggris mengatakan bahwa ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan kenyataan. Oleh karena itu, mereka mendesak Netflix untuk mencantumkan label Fiksi dalam serial tersebut. 

Selain budaya populer, ada budaya lain yang juga eksis dalam kehidupan masyarakat yaitu subkultur. Subkultur merupakan sekelompok orang yang memiliki kepentingan tertentu yang berlawanan dengan budaya yang dominan. Subkultur dianggap menyimpang karena berbeda dengan budaya yang ada sehingga sulit untuk diterima oleh masyarakat. Orang-orang yang berada dalam kelompok ini biasanya mempercayai norma dan pengertian yang sama tentang hal tertentu yang kemudian membuat mereka bergabung sehingga menjadi subkultur. 

Produk dari subkultur ini biasanya adalah gerakan-gerakan yang memperjuangkan hal-hal tertentu misalnya seperti adanya gerakan Black Lives Matter, gerakan yang melawan RUU Ciptaker, dan gerakan-gerakan lainnya. Salah satu gerakan yang juga dibicarakan dan disampaikan melalui series film dalam Netflix berjudul Sex Education adalah tentang LGBTQ+. Komunitas LGBTQ+ merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer, dan + mengartikan bahwa masih banyak lagi mereka yang merupakan bagian dari komunitas ini. LGBTQ+ merangkul mereka yang merasa berbeda dan sering mengalami penolakan dari masyarakat. 

Komunitas ini merupakan produk subkultur yang dianggap menyimpang oleh masyarakat, baik itu dari sudut pandang kepercayaan ataupun nilai dan norma sosial yang ada di masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena budaya dominan yang ada dalam masyarakat adalah orang-orang yang dapat saling suka dan saling mencintai hanya antara perempuan dan laki-laki. Namun, tidak hanya sampai disitu. Subkultur juga berkaitan dengan politik karena didalam gerakan-gerakan ini terdapat ketidaksamaan dan ketidakadilan serta mencari kekuatan dan pengakuan. 

Dalam serial film Sex Education terdapat salah satu bagian yang menceritakan bagaimana seorang anak laki-laki yang terkenal di sekolah tidak berani untuk menunjukan bahwa dirinya adalah seorang Gay karena takut diperlakukan secara tidak adil dan dianggap aneh oleh orang lain padahal ia tahu bahwa ia tidak melakukan kesalahan atau kejahatan kepada siapapun. 

Kemudian, saat orang lain tahu bahwa ia seorang Gay, ia dibicarakan, di bully dan dijauhkan. Disinilah kita melihat campur tangan politik yang tidak menerima adanya perbedaan. Hal ini menunjukan adanya kekuasaan para dominan atau orang yang bukan berasal dari komunitas LGBTQ+. Mereka yang tidak mendukung gerakan ini akan terus menunjukan bahwa mereka adalah orang-orang yang lebih baik dan memiliki kekuasaan dan ingin diakui kekuasaannya dengan cara menindas mereka yang berbeda. Pada akhirnya, mereka lupa bahwa kita semua hanyalah manusia biasa yang seharusnya tidak mencampuri urusan orang lain apalagi menindas orang yang tidak bersalah. 

Nah, sekarang tahu kan kalau ternyata Netflix itu ternyata layar yang memberikan kita banyak insight dan ilmu baru karena banyak banget menceritakan film-film unik dan juga membahas tentang politik dalam masyarakat. 

Sumber:

Antaranews.com. (2021, 26 Februari) Kata Pangeran Harry Mengenai Serial The Crown. Diakses dari, Antara News 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun