Mohon tunggu...
Iman Suligi
Iman Suligi Mohon Tunggu... Administrasi - pensiunan guru

guru, pustakawan, berkebun, membaca, musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Ruang Publik Menjadi Pilihan

8 Mei 2016   16:01 Diperbarui: 8 Mei 2016   18:39 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Baca Masyarakat belakangan ini seolah menjadi pilihan bagi para pegiat sosial untuk mengaktualisasikan diri bergiat di bidang literasi. Akronim TBM senyatanya masih asing di telinga masyarakat, bahkan di kalangan pejabat yang justru berada di lingkungan pendidikan sendiri. Sebelumnya rang hanya mengenal perpustakaan sebagai tempat untuk mengakses bahan pustaka, entah buku, majalah atau lainnya. Kalau perpustakaan diselenggarakan oleh lembaga seperti Pendidikan, Instansi, Kedutaan, Departemen maka pada umumnya TBM merupakan prakarsa perorangan atau kelompok masyarakat yang memiliki kepedulian untuk memberikan akses literasi yang mudah kepada masyarakat. Menjadi pengguna TBM pada umumnya sederhana tidak seperti persyaratan yang dikenakan untuk menjadi anggota perpustakaan.

Serambi Kampoeng Batja- Jember.

Sebagian TBM mungkin hanya mengijinkan pengguna untuk membaca di tempat, namun tidak jarang juga yang mengijinkan untuk dipinjam tentu dengan persyaratan tertentu. Para pegiat TBM memiliki militansi karena muncul atas dasar prakarsa sendiri dengan idealisme dan pendanaan yang diupayakan sendiri. Tak jarang diantara penyelenggara TBM itu bahkan mengontrak rumah untuk digunakan sebagai TBM. Namun sejalan dengan penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang mensyaratkan adanya TBM sebagai penunjang, tak sedikit TBM yang mendapat dukungan dana dari pemerintah dalam jumlah yang lumayan sehingga mampu melakukan pengadaan prasarana maupun sarana dengan baik sekali.  

wp-20151003-041-572f195f8d7a611809ab6527.jpg
wp-20151003-041-572f195f8d7a611809ab6527.jpg
Wisata Literasi, Kampoeng Batja mengakomodasi kegiatan uting di PAUD.

Nampaknya sesulit apapun tantangan yang ada, TBM yang mandiri dan belum tersentuh bantuan itu juga tidak menyurutkan upaya para pegiat literasi. Dengan kemampuan yang mereka miliki mereka menggunakan sarana yang ada entah itu sepeda ( Bu De Kiswanti) , Motor Pustaka bahkan Kuda Pustaka di Gunung Merapi. Dengan sarana itu TBM yang mereka selenggarakan bersifat bergerak ( mobile) . Adalah menggembirakan saat ini banyak kta yang mulai membenahi ruang publik seperti alun-alun menjadi tempat rekreasi wargakota. Inilah yang kemudian dilirik leh pegiat TBM untuk berkegiatan dengan membuka TBM lesehan. Pada hari-hari bebas kendaraan bermotor beberapa kawasan tumbuh menjadi tempat bersosialisasi yang menyenangkan, disanalah para " wirabaca" itu mendekatkan akses masyarakat kepada dunia literasi.                                                                                                                          

wp-20160424-011-572f1b138323bd7007cbabc2.jpg
wp-20160424-011-572f1b138323bd7007cbabc2.jpg
Kampoeng Batja gelar baca di ruang publik pada saat Car Free Day Jember.

Kampoeng Batja, sebuah TBM di Jember sebenarnya memang memiliki area kegiatan yang luas. Tak kurang dari 600 meter persegi dengan fasilitas taman, gazebo, rumah pohon dan sebagainya. Namun masih perlu membuka lesehan baca di alun-alun kota karena akses menuju TBM memang agak tersembunyi. Melalui mengusung TBM ke ruang publik itu diharapkan masyarakat tergerak untuk datang ke lokasi TBM yang sesungguhnya.            

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun