Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berwisata Diam di Negeri Antah Berantah

22 Mei 2025   13:29 Diperbarui: 22 Mei 2025   13:29 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wisata ini menepi pada salah satu pantai berpasir lembut yang indah,
Bermula di sini, destinasi terbatas di negeri elok nan antah berantah
Perjalanan sangat mahal sebagai catatan karena syaratnya: harus diam
Berkomentar artinya tour guide akan memastikan balik kanan

Sebelum perjalanan, saya telah membawa sekotak plaster
Mulut ini sengaja telah saya bungkam dengan dobel pengamanan
Guna memastikan diri tanpa slip agar tak keceplosan omong
Maklum, negeri antah berantah ini hanya dapat dikunjungi rikala senja

Melewati batas pantai lalu saya memasuki jalan raya yang luas
Jalanan beraspal tipis, banyak berlobang dengan tambalan di sana-sini
Memasuki kota, tampak gedung-gedung tinggi menjulang, dengan
Pusat perkantoran yang lega dan megah lengkap dengan kibar bendera

Namun ada yang aneh, dari jendela kendaraan yang didisain khusus
Saya menyaksikan orang-orang dengan jas rapi namun berkepala tikus
Ada ibu-ibu yang berseragam ketat namun merekapun kepalanya ular
Siapa mereka, sepertinya pejabat mengapa mereka berkepala binatang?

Perjalan wisata ini terus berjalan dan masih dari atas kendaraan saya
Menyaksikan deretan rumah-rumah ibadah berjejer dan sangat terawat  
Sempat tampak orang-orang  berpakaian keagamaan lagi beribadah
Malam beranjak kian menua, kendaraan wisata ini terus menggelinding

Memasuki jalan protokol kota terlihat satu gedung lagi dikerumuni
Kiranya demonstrasi warga berlangsung alot padahal sudah larut malam
Terlihat para petugas pengaman saling beradu dorong dengan massa
Secara kebetulan saya beradu mata dengan tour guide yang cantik, dan ..
Lewat bahasa isyarat saya memberi kode keras, wisata ini kita akhiri saja.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun