Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Benang Yang Memburu Jarum

17 Mei 2025   22:39 Diperbarui: 17 Mei 2025   22:39 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seutas benang kehilangan jarum
Diam-diam benang itu keluar dari kumparan bulat
Menggulung kain putih pada tumpukan perca
Ujung jarinya yang tumpul meliuk berupaya meraba segala

Benang itu sungguhan kehilangan arah
Dari tumpukan perca dia berpindah ke sebuah mesin jahit tua
Kedua bola matanya yang lelah tampak berkaca-kaca
Sepertinya kehilangan sebatang jarum sama dengan pertaruhan nyawa

Pada rongga selorokan mesin jahit dia mengintip
Terlihat jelas matanya yang sempit berupaya menyelinap paksa
Sejumput bening keringat dingin lalu membelah hening, dan seketika ..
Jatuh membulat dilantai membentuk secercah cermin

Seutas benang itu sungguh kehilangan jarum
Di hamparan lantai putih yang membulat cermin itu dia berkaca
Kerutan di wajahnya nyata menyapanya yang kian menua:
Dalam hati dia lalu bergumam, pergilah jarum toh sesungguhnya kau tak pernah ada.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun