Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bia Noor

12 April 2021   17:10 Diperbarui: 12 April 2021   17:24 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[1]

Sampan tua itu menelanjangi matahari di teluk youtefa dipagi april nan cerah

Seorang perempuan paruh baya dengan bersemangat meneduhnya dengan kunyahan sirih dibibirnya

Siulan merdu pucuk mangove menggelinding bak manik-manik meriaki pesisir pantai enggros-tobati yang sejuk

Di kejauhan mata memandang jembatan merah nan gagah berdiri kokoh mewarnai laut dalam diam

[2]

Hutan perempuan terhampar indah dengan kecantikan laut khas papua 

Tampak sekelompok orang mama-mama bercengkerama bertelanjang dada mencandai nakalnya akar-akar bakau

Mereka memburu bia noor untuk mengasapi dapur dengan cinta 

Lamat-lamat nun dikejauhan lantunan lagu waniambe menghipnotis waktu agar perlahan saja berlari

[3]

Matahari kian meninggi kiranya kala keranjang mama-mama itu telah dijejali penuh bia noor

Senyum bahagia tampak menyelinap diantara kunyahan sirih merah yang kental berlarian diantara deburan ombak

Hari ini segala penat telah berlabuh damai di peraduan tonotwiyat yang sakral

Esok sekumpulan mama-mama itu akan kembali berbagi cerita dengan bertelanjang dada menelanjangi matahari di teluk youtefa

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun