Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rumah Cahaya

8 April 2021   16:02 Diperbarui: 8 April 2021   16:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[1]

Nun ketika perintah kemuliaan dititahkan-Nya

Langit, gunung nan tinggi dan tajam menjulang sembunyikan muka

Maha lautan samudera luas tenggelam lenyap dalam hening pasi tak beriak

Semesta makhluk menjelma tiada dalam keberadaan titah

[2]

Dalam diam yang senyap sang pemula pembawa kitab-Nya pun menyela,

Segala titah baca sempurna dalam tanda baca-Mu kami runduk

Tak bersisa ruang meski sekejap juapun kecuali hanya memuji kebesaran-Mu

.. Usah baca kitabmu yang jua sepenuhnya atas kehendak-Ku, kembali bertitah-Dia

[3]

Lalu, atas kehendak-Nya, sang khalifah mulia-pun menghuni bumi dalam ikrar terpujinya

Tingginya langit dan gunung diri meraut makna dalam kalam nan tiada lelap bertasbih

Lautan luas mau, merekat kaffah luruh segalanya dalam penghambaan bentaran sajadah suci

Dan, kudian masa mengalir jernihlah semua buah tak berdaun dalam cahaya cinta-Nya  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun