Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Likuiefaksi Kata

28 Oktober 2018   23:01 Diperbarui: 28 Oktober 2018   23:02 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Kata tlah berkumpul pada titik didihnya yang hambar

Ia menggelegak pada kumpulan huruf yang tereliminasi makna

Kursi harap tak hendak beringsut menangkap kehendak

Bercawan ludah telah busuk membusa di sudut mulut bibir bau

(2)

Kata sungguh tlah terengah pada bulat bulan malam

Ia mencoba tersenyum diantara waktu yang menjeda berkumpar

Meski berulang terjerembab lagi dan lagi dalam buncitnya keangkaraan

Dia masih saja tak berpantang asa mengais kealfaan arif yang alfa

(3)

Kata tlah sejak lama dikhianati janji-janji bertunasnya bunga

Ia tahu dikhianati mulut bau yang menenteng jas dengan kilap sepatu

Meski berulang ia terjerembab dalam kumparan buncitnya lara

Namun kata tetap berbunga pada hisapan palsu mendidihnya prasangka  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun