Mohon tunggu...
kodar akbar
kodar akbar Mohon Tunggu... Musisi - penikmat musik tradisional dan musik anak

sedikit bicara banyak berkerja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Reaksi Anak-anak terhadap Perceraian Orangtua

22 September 2019   09:09 Diperbarui: 22 September 2019   09:39 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: theodysseyonline.com

Melalui pengamatan dan pekerjaan laboratorium  dengan keluarga-keluarga yang memiliki anak-anak kecil, rekan-rekan penelitian saya dan saya telah menemukan bahwa beberapa jenis perselisihan rumah tangga memiliki efek-efek yang mendalam terhadap kesehatan jasmani dan emosional anak-anak, dan juga terhadap kemampuan anak-anak untuk bergaul dengan teman-teman sebaya. 

Data kami membuktikan bahwa anak-anak yang dididik oleh orang tua yang perkawinannya di cirikan oleh kecaman, sikap bertahan dan penghinaan menjadi lebih besar kemungkinan untuk memperlihatkan tingkah laku antisosial serta agresi terhadap rekan-rekan bermain mereka. Mereka menghadapi lebih banyak kesulitan untuk mengatur emosi mereka, untuk memusatkan perhatian mereka, dan untuk menghibur diri mereka sendiri bila mereka marah. 

Selain itu, para ibu anak-anak ini melaporkan bahwa anak-anak mereka mengalami banyak masalah kesehatan seperti batuk-batuk dan flu. Anak-anak ini tampaknya menghadapi lebih banyak tekanan jiwa menahun, sebagaimana di tunjukan oleh tingginya kadar katekolamin, yaitu hormone yang ada kaitanya dengan stress dan air seni mereka.

Reaksi emosional terhadap perceraian, umum bagi anak-anak dari segala usia, termasuk kesedihan, ketakutan, depresi, lebih tua, kebingungan, dan kadang-kadang kelegaan; Emosi dominan bervariasi dengan usia anak dan memerlukan beberapa reaksi yang berbeda dari orang tua. 

Pada tahun-tahun prasekolah, anak-anak sering merasa ditinggalkan dan kewalahan oleh berbagai peristiwa. Mereka khawatir bahwa mereka mungkin telah menyebabkan perceraian. 

Meskipun mereka biasanya berusaha keras untuk menangani anak buah mereka dengan penolakan, mereka membutuhkan orang tua yang akan berbicara dengan mereka dan menjelaskan apa yang terjadi, tidak hanya sekali tetapi berkali-kali. Anak-anak banyak mengalami kemunduran, mulai membasahi tempat tidur, marah dan berkembang dan ketakutan. 

Orang tua dapat sangat membantu dengan memberikan dukungan emosional. Orang tua didesak untuk (1) berkomunikasi dengan anak tentang perceraian dan penyesuaian baru, menjelaskan dalam bahasa sederhana alasan untuk setiap perubahan yang terjadi, dan (2) mengurangi penderitaan anak, jika mungkin, dengan memberikan kepastian bahwa kebutuhan anak akan bertemu dan dengan melakukan hal nyata seperti mengatur kunjungan dengan orang tua yang absen.

Anak-anak prasekolah seringkali dilindungi pada awalnya dengan kemampuan mereka untuk menyangkal apa yang terjadi. Anak usia lima hingga tujuh tahun rentan karena mereka lebih memahami tetapi tidak memiliki kematangan untuk menghadapi apa yang mereka lihat dan dengar. 

Reaksi paling menonjol dari anak usia ini adalah kesedihan dan kesedihan. Anak itu belum cukup umur atau cukup mandiri untuk mengatur kegiatan yang akan membawa kesenangan dan kelegaan dari kekhawatiran. Perceraian mendominasi pikiran seorang anak seusia ini. 

Seorang gadis kecil, yang orangtuanya baru saja bercerai, ditanya apa yang dia inginkan jika dia dapat memiliki hanya tiga permintaan. Jawabannya: "pertama, ayahku akan pulang. Kedua, orang tua saya akan kembali bersama. Dan ketiga, bahwa mereka tidak akan pernah bercerai lagi. "

Ketakutan adalah respons yang sering muncul. Anak-anak khawatir bahwa tidak ada yang akan mencintai mereka atau merawat mereka. Dunia mereka telah hancur berantakan dan tidak lagi aman. Banyak anak merasa bahwa hanya seorang ayah yang dapat mempertahankan disiplin dalam keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun