Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Self Sabotage: Neil Amstrong dan Cita-cita Tanpa Kemampuan adalah Mimpi di Siang Bolong

8 Juni 2021   19:59 Diperbarui: 8 Juni 2021   20:25 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Neil Amstrong mendarat di bulan. (Sumber via Hai Grid)

Neil Amstrong dan kawan-kawan mencatatkan namanya dalam buku atau kitab sejarah, itu jelas bukan kebetulan—itu adalah sebuah kejadian konseptual yang sengaja dirancang!

Saya tidak baru saja mendapatkan ilham yang kelewat brilian, kawan, sewaktu ingin mengatakan itu; saya hanya merasa saya harus mengatakannya—dan tulisan ini ada kaitannya dengan sesuatu yang sering menghambat seseorang terhadap apa yang sebenarnya dia inginkan; dia idam-idamkan—dan tentang betapa sering sekali seseorang mengerdilkan dirinya sendiri.

Baiklah, di sinilah pijakan tulisan ini akan saya mulai. Sabar, akan saya uraikan pelan-pelan.

Di satu postingan feed Instagram saya, saya pernah menuliskan keterangan seperti ini :

cita-cita tanpa kemampuan adalah mimpi di siang bolong.

Ya, memang tak sedikit orang yang gemar sekali "bermimpi" di siang bolong dan ini adalah sebuah cilaka yang bahaya, semoga kau tidak jadi salah satu di antaranya; saya takut sekali jika jawabannya "ya". Ups.

Bisa kau bayangkan apa jadinya jika Neil Amstrong dan kawan-kawan hanya sekadar mimpi di siang bolong—hanya mengidam-idamkan sebuah impian (baca: ingin mewujudnyatakan bagaimana rasanya mendarat di bulan)?—atau parahnya mereka memiliki niatnya tapi tidak benar-benar ingin melakukannya karena merasa itu sebuah ide gila yang tak satupun otak manusia bisa menerima?

Yash, you got my point, you know what i mean: this is self sabotage!

Sesederhana saya menyederhanakan definisi, self sabotage adalah keadaan disaat seseorang menginginkan sesuatu (baca: ingin sekali untuk diwujudkan) namun disaat yang nyaris hampir bersamaan orang itu mengganjal sendiri impiannya tersebut.

Penyebabnya macam-macam mulai dari belum mencoba tapi sudah bilang tidak bisa, takut kecewa, not good enough untuk sesuatu yang berharga nilainya, dan lain sebagainya.

Dengan berat hati saya katakan, pelaku self sabotage dengan impian besarnya masih kalah dengan seorang narsistik yang begitu percaya menunjukkan jati dirinya pada seluruh isi dunia. Padahal memberi afirmasi positif terhadap diri sendiri bukanlah sesuatu yang terlalu mewah?!

Setidaknya ada beberapa hal yang bisa jadi acuan kuat untuk menangkal upaya self sabotage ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun