Mohon tunggu...
Kayla Elfreda
Kayla Elfreda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

22107030031 UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Overthinking Berkedok Insomnia

25 Februari 2023   23:59 Diperbarui: 26 Februari 2023   00:03 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : Adobe Stock

Overthinking jadi topik yang cukup sering dibahas belakangan ini, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Tapi sebenarnya, apa itu overthinking? Dalam Oxford dictionary, overthinking adalah memikirkan sesuatu dengan berlebihan dan dalam waktu yang lama. Overthinking merupakan idiom dan dalam psikologi dikenal dengan think too much (Kaiser, et al). Biasanya hal ini berupa pikiran yang negatif tentang apa yang tengah dialami atau dirasakan. 

Menurut Smith (2020), overthinking terdiri dari dua bentuk. Pertama, ruminasi atau terus-menerus memikirkan masa lalu. Ruminasi biasanya berkaitan dengan penyesalan dan rasa bersalah. Kalau dalam kasus saya ada penyesalan dalam diri ini mengapa pada saat itu saya tidak mencoba menjadi orang yang idealis, seakan-akan saya pasrah pada kemampuan saya yang terbatas ini. Kedua, khawatir, yakni memikirkan prediksi negatif tentang masa depan. Saya sungguh takut dan sangat khawatir, bagaimana jika masa depan saya tidak seindah yang dibayangkan? 

Semakin lama overthinking tentu memberikan efek. Efek ini ada dua macam yeast effect dan distorted lens effect. Yeast effect sendiri lebih kepada terjebak pada pemikiran yang berlebih, diawali dengan pemikitan tentang peristiwa tertentu, kemudian menyebar ke peristiwa atau situasi lain dalam hidup anda, selanjutnya pemikiran ini semakin lama akan semakin negatif.

Sementara distorted lens effect lebih kepada masalah menjadi lebih besar, terfokus pada apa yang salah atau buruknya situasi, menyalahkan situasi. Selain itu juga berpikir tidak ada acara untuk mengatasi situasi sulit tersebut (Hoeksema,2004)

Ciri-Ciri dan Gejala Overthinking

1. Bagaimana Jika?

Mereka yang mengalami overthinking biasanya sering memunculkan pertanyaan yang serupa, yakni ‘bagaimana jika?’ atau what if?. Pertanyaan tersebut merupakan ciri ketika seseorang sedang memikirkan sesuatu dan membayangkan suatu kemungkinan.

Jika ini dilakukan secara terus menerus, dan tidak dibarengi dengan solusi, maka overthinking akan terjadi. Overthinking kemudian akan membuat orang tersebut menjadi sibuk berpikir, namun tidak melakukan aktivitas lain yang membantu untuk mengatasinya.

2. Memikirkan Banyak Hal Sekaligus

Selain memikirkan sesuatu secara berlebihan, ciri overthinking lainnya adalah memikirkan banyak hal sekaligus. Hal yang dipikirkan biasanya merupakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika melakukan suatu perbuatan.

Dengan memikirkan banyak hal sekaligus, terutama konsekuensi atau kemungkinan dari perbuatan dan aktivitas yang hendak dilakukan, maka seseorang tidak akan segera bertindak. Sebab dia masih terjebak dalam proses berpikir apakah dia memang akan melakukan perbuatan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun