Mohon tunggu...
Kayla Apriliani
Kayla Apriliani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Charles Wright Mills Beserta Pemikirannya

13 November 2022   13:38 Diperbarui: 13 November 2022   14:04 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Charles Wright Mills merupakan seorang sosiolog, ilmuwan sosial serta kritikus yang sangat berpengaruh pada abad ke-20 di Amerika. Mills lahir pada tanggal 28 Agustus 1916 di Waco, Texas dan ia meninggal pada 20 Maret 1962 di Nyack, New York. Pendidikan yang ditempuh Mills yaitu, pada tahun 1939 ia mendapat gelar A.B dan A.M dari Universitas Texas dan dua tahun setelahnya ia mendapat gelar Ph.D dari Universitas Wisconsin. Lalu di tahun 1946, ia menjadi dosen di Universitas Columbia. Pemikiran Mills lebih mengenai pandangan menyeluruh dari sistem sosial budaya yang saling bergantung dan mempunyai akibat pada nilai-nilai kemanusiaan, pikiran dan perilaku.

Mills memaknai dunia dengan perspektif teoritis yang banyak dipengaruhi oleh Max Weber. Karena itu juga pemikiran ia berfokus pada rasionalisasi. Rasionalisasi ini adalah penerapan praktis dari pengetahuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan disini yaitu efisiensi dengan kemampuan kontrol atas proses sosial yang diperlukan untuk mencapainya. Hal ini merupakan prinsip birokrasi dan pembagian kerja yang semakin birokratis. Rasionalisasi juga merupakan asumsi dasar Mills tentang sifat manusia dan masyarakat. Ia menekankan bahwa manusia itu tidak bisa dipahami terpisah dari struktur sosial dan sejarah yang membentuk mereka dan tempat di mana ia berinteraksi. Sedangkan manusia termotivasi oleh nilai, norma dan sistem kepercayaan yang ada di masyarakat, serta perubahan struktural yang meningkatkan masyarakat menjadi lembaga yang besar, merangkul, dan saling berhubungan. Akibat dari perubahan ini mempercepat era modern, dan menjadi berat bagi mereka yang tunduk dan berada dalam kendali organisasi yang membesarkannya.

Pandangan Mills mengenai pekerja kerah putih yaitu berasal dari perubahan pekerjaan yang merupakan akibat dari pertumbuhan di birokrasi, perubahan teknologi, dan meningkatnya kebutuhan di pasar barang dari masyarakat industri. Dalam masyarakat industri modern, karakteristik utama pekerja kerah putih yaitu mereka tidak terorganisir dan bergantung pada birokrasi besar untuk keberadaan mereka. Selain itu, pekerjaan dipecah menjadi tugas fungsional sederhana, dimana standar ditetapkan dalam hal kecepatan kerja dan output. Fungsi eksekutif dan kebijakan keputusan menjadi terpusat dan berdasar hirarki. Dengan pembagian kerja mengakibatkan jumlah pekerjaan rutin meningkat, serta otonomi dan wewenang hanya menjadi atribut posisi atas. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan besar yang dibentuk dalam kekuasaan, prestise dan pendapatan antara manajer dengan staf. Selain itu, rutinisasi pekerja juga tidak bisa menggunakan pertimbangan sendiri dalam pengambilan keputusan, ia harus sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Hal ini membuatnya terasing dari kapasitas intelektual dimana bekerja sudah menjadi kegiatan yang harus dilakukan sehari-hari. Munculnya pekerja kerah putih ini mempunyai dampak pada sistem pendidikan di birokrasi industri masyarakat. Selain itu, Mills juga mengungkapkan akibat dari munculnya pekerja kerah putih ini memindahkan fokus Pendidikan di Amerika ke arah Kejuruan. Seperti pada pertengahan abad ke-20 Amerika telah menciptakan manusia sukses dalam masyarakat yang terspesialisasi.

Berdasarkan pemikirannya, Mills mengidentifikasikan lima masalah sosial yaitu Alienasi, Kepingsanan moral/apatis, Ancaman terhadap demokrasi, Ancaman terhadap kebebasan manusia, konflik antara rasionalitas birokratis dan akal manusia. Dalam pandangan Mills, Imajinasi Sosiologi hanya sebuah kualitas pikiran yang mengharuskan individu untuk memahami sejarah serta biografi dan hubungan antara keduanya dalam masyarakat. Menurut Mills, kerja dari sosiologi imajinasi itu memberikan pengaruh dan gambaran cara berpikir tentang hal yang sosiologis dengan mementingkan hubungan pengalaman individu dengan hubungan sosialnya. Terdapat tiga komponen yang membentuk imajinasi sosiologi, yaitu :

  • Sejarah : mengenai bagaimana masyarakat datang, berubah dan sejarah yang dibuat di dalamnya.
  • Biografi : mengenai sifat manusia dalam masyarakat.
  • Struktur Sosial : mengenai perintah institusi yang beroperasi dalam masyarakat, dominanasi, bagaimana mereka diselenggarakan bersama, bagaimana mereka mungkin berubah, dan lainnya.

Dengan demikian, bahwa kesanggupan melihat dunia dari prespektif orang lain dapat merangsang imajinasi. Dalam Imajinasi sosiologi, seseorang tidak perlu takut pada tahap awal dari spekulasi untuk berpikir secara ekstrim yang imajinatif serta tidak perlu ragu untuk mengekspresikan ide-ide yang dipengaruhi oleh cara ekspresi mereka dalam bahasa yang sederhana dan langsung. Dalam imajinasi sosiologi ini juga, Mills mengungkapkan bahwa para tokoh sosial mengartikan masalah pribadi menjadi masalah umum, artinya orang mengaitkan masalah yang dialaminya pada biografi dirinya ke lembaga sosial, relasi yang membentuk struktur sosial dan kemudian menemukan struktur dalam sejarah. Sementara itu, bagi beberapa orang masih sulit untuk mengaitkan masalah pribadi mereka ke lembaga sosial di tempat tinggalnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun