Mohon tunggu...
Joko Lodang
Joko Lodang Mohon Tunggu... -

Akun ini dikelola oleh kuartet Sarjono, Eko, Marcello, dan Endang (disingkat JOKO LODANG). Kami berempat menolak hegemoni oleh siapapun dan dari apapun.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai Kotor Sekali

10 Juni 2012   14:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:09 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tinggal  di Jakarta beberapa bulan terakhir pas mau hajatan pilihan gubernur memang asyik. Kalau pas cari makan di warung makan padang atau sekedar wedangan di warung tegal di sudut-sudut Jakarta, maka dipancing sedikit saja soal pilgub bulan depan, orang langsung terampil bicara politik. Sampai sekarang yang dibicarakan orang kalau enggak Foke ya Jokowi atau sesekali Hidayat.

Beberapa yang cenderung dukung Foke akan bilang "yang pasti-pasti aja dah", "yang lain juga masih janji-janji doang", "kasih kesempatan sekali lagi habis tu baru yang lain", "yang sekarang udah enak, bisa jualan kite, nggak tau yang lain gimana". Yang cenderung pro-Jokowi bilang "kayaknya bagus nih walikota Solo", " orangnya berani tegas", sementara yang dukung Hidayat umumnya bilang "orangnya baik".

Di jakarta sekarang ini, tiap kali naik turun dari busway, naik ojek, jalan kaki,  semua arah mata kita diisi oleh gambar calon. ada yang masih ragu-ragu untuk jor-joran atribut, tapi ada satu yang sudah bom-boman atribut, yaitu jago dari PKS, Hidayat-Didik (HD). Jika anda datang ke Jakarta, masuk gang-gang, lewat tol mau masuk kota, di perkampungan, tiang listrik, tembok-tembok fasilitas umum dan yang tak bertuan, gerobak PKL di trotoar, hampir semuanya sudah ditempeli poster oranye gambar HD. ada yang ngeblok, ada yang cuma segelintir, ada yang dibikin tulisan "HD" atau angka empat.

poster dan atribut calon gubernur lain terutama Foke dan Jokowi saja tidak massif. tapi HD ini sudah sejak lama bom-boman poster yang ditempel di tempat-tempat tadi. sebagian yang lain dirusak entah oleh siapa (tentu pasti oleh pendukung cagub lain) dengan melubangi gambar kepala HD atau menyobeknya begitu saja sehingga bekas sobekan poster itu jadi kotor.

Jujur, tempelan-tempelan poster HD di berbagai sudut ruang di Jakarta yang tampak tak kenal etika ini membuat pemandangan kita sebagai orang awam risih. Istilah bidang komunikasinya, poster-poster tempelan itu udah jadi "sampah visual", mengganggu pandangan kita, dan sama sekali tidak menambah estetika kota, tetapi malah nyampah itu tadi.

Padahal slogan HD ini "ayo beresin jakarta". Gimana mau beresin Jakarta kalau cara berkampanyenya saja udah ngawur dengan cara mengotori kotanya sendiri? HD yang diusung oleh partai yang katanya "bersih dan peduli" ternyata malah menunjukkan watak partai itu sebagai "Partai Kotor Sekali" karena sudah mengotori kota Jakarta. Jika penghargaan Adipura kemarin menyoroti soal sampah visual ini, bisa jadi sekarang kota Jakarta ini menjadi kota paling kotor visualnya karena sumbangsih "partai kotor sekali" ini yang gemar menempeli poster dimana-mana.

Tempel-tempel poster ini jelas tindakan asusila politik karena tidak ada jaminan dari para kader pengusung HD ini untuk kemudian membersihkan kotanya dari sampah visual yang mereka bikin sendiri. Kalau menang mungkin akan "beresin Jakarta" sekalian bersihin tempelan poster itu. Tapi kalau kalah (dan sepertinya memang kalah melihat waktu yang sudah sangat pendek ini), paling-paling tempelan poster itu dibiarkan saja lapuk, basah karena hujan, dimakan rayap, dan begitu saja. Akhirnya sampah visual ini juga jadi sampah beneran. Komplit sudah kota Jakarta kotornya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun