Mohon tunggu...
Joko Lodang
Joko Lodang Mohon Tunggu... -

Akun ini dikelola oleh kuartet Sarjono, Eko, Marcello, dan Endang (disingkat JOKO LODANG). Kami berempat menolak hegemoni oleh siapapun dan dari apapun.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Lahir dan Membusuk Terlalu Cepat

4 Juni 2014   08:19 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:26 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Elektabilitas capres PDIP, Jokowi, memang luar biasa. Fenomenal. Sampai dengan April pas pemilihan legislatif kemarin, Jokowi meraih hingga 60 persen tingkat elektabilitas. Berbagai survei rata-rata bisa memastikan bahwa Jokowi tak terbendung, tak terkejar, bahkan berani dikatakan bahwa pilpres 2014 ini sudah pasti Jokowi pemenangnya.

Sampai dengan terbentuknya koalisi-koalisi antar partai, Jokowi dan para panglima dan komandan, termasuk Godmother PDIP, Megawati, sangat yakin bahwa survei itu pasti benar, hanya tinggal menunggu waktu saja. Keyakinan ini, atau boleh dibilang over confidence ini, ditunjukkan oleh Megawati yang menolak mentah-mentah Golkar dan Hatta Rajasa dalam koalisinya. Megawati memperlakukan Golkar dan Hatta Rajasa sekelas Nasdem dan PKB serta PKPI.

Koalisi terbentuk dua kutub dan bertandinglah secara terbuka maupun terselubung antara Jokowi dan Prabowo Subianto. Sampai dengan hari ini, sudah banyak eksposure media yang meliput secara langsung maupun rekaman sepak terjang kedua capres. Satu demi satu kesempatan eksposure sudah dilalui oleh kedua capres. Dalam masyarakat media, masyarakat yang menghabiskan banyak waktunya untuk menonton televisi, maka kultur yang terbentuk adalah kultur judgemental, yaitu menilai orang dari gesture, bahasa tubuh, diksi dan redaksi kata yang keluar dari mulut sang capres, serta mimik dan penampilannya. Substansi menjadi luruh, kalah oleh unsur-unsur yang diperankan oleh tubuh.

Mau dipungkiri atau tidak, kultur judgemental inilah yang dominan dalam masyarakat media. Budayanya bukan lagi literer, tetapi visual. Cara mengambil keputusan pun lebih instan, tidak harus terlalu reflektif seperti kalau orang harus membaca buku, mengaji tafsir, atau mendengarkan cerita.

Dalam masyarakat media, dengan kultur judgemental yang sangat dominan ini, tampaknya Jokowi lebih cepat membusuk dibandingkan Prabowo Subianto. Sangat disayangkan ketika Jokowi banyak digadang-gadang oleh media sebagai sang fenomenon ternyata lahir terlalu cepat dan membusuknya pun lebih cepat lagi. Jokowi lahir sebagai capres dari PDIP pada akhirnya lebih banyak dirasakan karena polesan media yang maksimal. Media telah melambungkan Jokowi tanpa ampun.

Namun sekarang ini, ketika media juga melakukan ekspose hebat kepada Jokowi, ternyata sosok fenomenon ini juga tampaknya cepat membusuk juga. Dari banyak momen dan kesempatan politik, Jokowi tampil underperformed bahkan sangat buruk, jauh dari layak untuk menjadi presiden negeri sebesar Indonesia ini. Komunikasi verbal yang tidak meyakinkan. Gesture, komunikasi simbolik, yang kedodoran di depan panggung nasional telah membuat banyak orang kecewa dengan Jokowi. Semua seolah membenarkan asumsi bahwa memang Jokowi ini lahir karena pencitraan hebat media. Dan ternyata benar.

Jokowi memang menjadi fenomena seperti halnya SBY ketika tahun 2004. Popularitas dan elektabilitas tinggi karena ekspose dan pencitraan media. Tetapi Jokowi sudah bisa diukur oleh khalayak bahwa kalau dia jadi presiden maka kualitasnya tidak akan berbeda dari Megawati ketika jadi presiden. Pada akhirnya kemampuan mengelola negara dan berpolitik Jokowi jauh lebih diragukan dibandingkan jika Prabowo Subianto menjadi presiden.

Tidak heran jika jumlah swing voters atau undecided voters yang jumlahnya masih banyak, sekitar 40an% ini akan ragu untuk ikut memilih Jokowi. Prabowo Subianto bagi undecided voters justru lebih banyak memberi harapan karena tampil di media justru lebih simpatik, kapabel, dan meyakinkan. Tidak heran jika Prabowo melesat elektabilitasnya dan tidak mustahil akan melampaui Jokowi dalam waktu dekat, terlebih lagi pasca-debat pilpres nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun