Mohon tunggu...
Kautsar Luthfian Ramadhan
Kautsar Luthfian Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Kimia, Nikmati juga konten menarik SpotiCay di platform lainnya (Instagram, Youtube, Spotify, Tiktok)

Teknik Kimia | Pengetahuan | Kisah Pribadi | Opini |

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Ujung Perjalanan Sampah Plastik yang Menuai "Komedi"

5 Desember 2022   16:00 Diperbarui: 5 Desember 2022   16:06 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah sebuah cerita tentang tiga botol plastik, yang sudah kosong dan dibuang. Perjalanan hidup ketiganya akan terpisah dengan akhir yang akan menentukan nasib planet ini. Tetapi masih banyak juga jalan lainnya. Untuk mengerti di mana botol ini berakhir, kita perlu mencari tahu asalnya.

Tokoh utama dalam artikel kita ini (plastic) dibentuk di kilang minyak. Plastik yang menyusun tubuhnya terbentuk dari ikatan kimia antara molekul minyak dan gas sehingga terbentuklah monomer.Kemudian monomer dirangkai menjadi polimer panjang untuk membuat plastik dalam bentuk jutaan pelet.

Pelet dilelehkan di pabrik pengolahan dan dibentuk dalam cetakan hingga terbentuk bahan kuat yang menyusun ketiga botol kembar itu. Mesin mengisi botol-botol itu dengan cairan manis bergelembung lalu dibungkus, dikirim, dibeli, dibuka, dikonsumsi dan dibuang tanpa basa-basi.

Sekarang di sinilah mereka, tergeletak di penghujung antah-berantah. Botol plastik pertama, seperti ratusan juta ton saudara-saudaranya, berakhir di penimbunan sampah. Timbunan sampah raksasa ini makin tinggi hari demi hari karena sampah terus berdatangan dan memakan tempat.

Selagi plastik tertumpuk dan tertekan di antara lapisan sampah lainnya, air hujan mengalir ke dalam sampah itu dan menyerap senyawa larut-air yang terkandung pada sampah, dan sebagian senyawa itu sangat beracun. Campuran ini menjadi sup berbahaya bernama leachate atau lindi, yang dapat bergerak ke dalam air tanah, tanah, dan sungai, meracuni ekosistem dan membahayakan satwa. Botol pertama perlu 1.000 tahun untuk terurai.

Perjalanan botol plastic kedua lebih aneh, tetapi sayangnya, tidak lebih bahagia. Dia mengapung dalam aliran selokan dan mencapai sungai kecil, sungai kecil itu mengalir ke sungai besar, dan sungai besar akan membawanya ke laut. Setelah berbulan-bulan tersesat di laut, dia perlahan tertarik ke dalam pusaran air raksasa di mana sampah berkumpul, tempat yang bernama Pulau Sampah Pasifik Besar.

Di sini arus laut menjebak jutaan serpihan plastik. Ini adalah satu dari lima pusaran plastik atau gyre yang terbentuk di lautan. Di tempat inilah polutan mengubah air menjadi sup plastik keruh.

Beberapa hewan, seperti burung laut, terkena dampak dari masalah ini. Mereka dan hewan lain, mengira plastik berwarna sebagai makanan. Plastik menimbulkan rasa kenyang tetapi tak memberikan nutrisi, akibatnya mereka mati kelaparan dan membuat racun dari plastik menyebar sepanjang rantai makanan. 

Contohnya, plastik dimakan ikan lentera, ikan lentera dimakan cumi-cumi, cumi-cumi dimakan ikan tuna, dan ikan tuna dimakan oleh kita. Kebanyakan plastik tidak terurai, artinya mereka ditakdirkan untuk terpecah menjadi potongan yang semakin kecil yang disebut mikroplastik, yang bisa beredar di laut selamanya.

Tetapi botol ketiga terhindar dari neraka kejam yang menimpa botol lain. Truk membawanya ke pabrik pengolahan tempat dia dan teman-temannya diremas sampai rata dan dipadatkan menjadi sebuah balok. Oke, ini terdengar buruk juga, tetapi tahan dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun