Mohon tunggu...
Kautsar Senja
Kautsar Senja Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pemuda tersesat

Pemuda tersesat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bertahan Hidup dalam Bayang-bayang Peraturan

21 Mei 2021   18:07 Diperbarui: 21 Mei 2021   18:21 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh: Kautsar Senja

Di suatu malam saat pandemi belum juga selesai, sebuah angkringan terlihat ramai pengunjung dengan suasana lampu yang remang. Angkringan ini terletak di jalan Genteng Besar. Bermodalkan gerobak yang tidak begitu besar, lampu neon kuning, terpal dan perlengkapan lainnya, tempat ini benar-benar menyuguhkan sebuah angkringan yang bersuasana seperti di Jojakarta. Angkringan ini bernama Warung Wakidi. Itu adalah nama pemilik angkringan yang sekarang tengah berdiri di belakang gerobak.

Pak Wakidi adalah pendatang dari Madiun. Orangnya bertubuh tinggi dengan perawakan berisi, berambut gondrong dan berwajah sangar. Dibalik sosok gahar itu, beliau adalah orang yang santai dan humoris. Berawal dari menjadi kuli bangunan, Beliau mengumpulkan modal hingga akhirnya dapat mendirikan angkringan seperti ini. Warung ini berada di depan toko kain besar yang hanya beroperasi hingga sore hari.

Pada hari biasa, angkringan ini harusnya tutup pada dini hari menjelang subuh. Namun karena pandemi ini, Pak Wakidi harus menutup angkringannya pada pukul 10 malam. Sebenarnya hal ini sangat merugikan karena omset yang didapatnya menurun karena jam buka yang pendek. Pak Wakidi sebenarnya sangat tidak setuju dengan jam malam. Namun bagaimanapun  juga, peraturan harus ditaati.

Tidak jarang beliau tetap membuka warungnya meski jam sudah menunjukkan pukul 10. Tetapi tidak jarang juga beliau mendapat teguran atas tindakannya. Bahkan ancaman dari petugas juga pernah beliau terima. Mulai dari ditutup paksa, hingga diancam denda ratusan juta. Bagaimana juga, Pak Wakidi hanya berusaha untuk bertahan hidup dan memenuhi nafkah bagi keluarganya. Beliau tetap berusaha walaupun ancaman dan tekanan selalu mendatanginya.

Di depan sebuah took kain itu, ada terpal yang digunakan untuk tempat duduk pengunjung. Terlihat banyak muda-mudi yang sedang bercengkrama ditemani dengan rokok dan aneka minuman serta sate-satean. Tidak hanya pemuda saja, namun juga para driver ojek online dan pasangan suami istri nampak meramaikan angkringan pak Wakidi.

Salah seorang pemuda nampak bangun dari duduknya dan mengambil sate. Pemuda itu bernama Gagah. Dia adalah orang Surabaya yang sedang berkuliah di Jogja. Gagah adalah pelanggan setia pak Wakidi sejak lama. Ia memilih angkringan ini karena dirasa harganya murah dan kehangatan pengunjungnya yang tidak ditemukan di tempat lain. Memang nampak dengan jelas kehangatan di angkringan ini seperti sebuah keluarga. Terutama yang duduk di bangku panjang didepan gerobak angkringan.

Pak Wakidi nampak sangat ramah dengan semua pelanggannya. Dan ini adalah hospitality yang diberikan oleh pak Wakidi kepada pelanggannya. Pak Wakidi tentu saja berharap pandemi ini segera selesai. Agar perekonomian keluarganya segera membaik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun