Ceritamu hanya mampu menambah referensi pikiranku saja
Tak ubahnya seperti cerita tutur mitos yang tak ada ujung pangkalnya
Semua harapanku tergadaikan di sela-sela alunan gamelan jaranan yang tak henti-hentinya menghiasi pendengaran yang semakin berkurang peka
Sampai ketiak ini terabaikan, tak lagi berbau deodoran warna hijau muda
Jargonmu terlampau latah, menyakiti akasia dengan tancapan paku yang runcing
Setiap lirikkan mata pejalan membuatnya berkaca-kaca pedih
Tampangmu menghadirkan interpretasi beragam yang menandakan kamu bukan milik semua golongan
Mestinya kamu tahu posisimu sekarang
Walaupun ini jamannya pasang-pasang tampang
Aku masih ingat tempo dulu, tak ada yang berani pasang badan
Ayo bayar pajak, pajak untuk pembangunan
Yang ada hanyalah tampang logo-logo pemerintahan
Beda dengan sekarang ya?
Tampang RT, RW, kades, bupati, gubernur sampai presiden
Yang lain juga ikut-ikutan
Memang jamanya jaman numpang tampang
Yang hadir tampang-tampang personal
Bukan tampang institusi
Yang mewakili kaum penguasa
Kota Bayu, 8 Juni 2020