Secara hitungan satu dekade aku bersamamu, namun seperti sekilas aku mengingat ceritamu.
 Wajahmu lupa-lupa ingat. Seperti ketika menemaniku mengeja huruf, merangkai kata yang dihiasi lentera minyak tanah.Â
Kunang-kunangpun sempat menerobos gedhek (anyaman dinding bambu) yang dicat dengan warna alami dari usangnya waktu dan asapnya api tungku penanak nasi liwet.
"Pagi-pagi. Kuku ruyuk-kuku ruyuk. Begitulah ayam jantan berkokok. Budi lekas-lekas bangun. Iwan masih tidur. Di dapur ibu sedang memasak." Begitulah penggalan salah satu celotehku setiap sore hari untuk mengeja kata yang selalu berkumandang ditemanimu.
Tahun 1969 aku dihadirkan untuk melihat penampakan alam dari gua garbamu.Â
Tahun 1979 tanpa aku bisa melarangmu, tanpa bisa aku mencegahmu, tanpa bisa aku menghalangimu.Â
Memang itu jua bukan kemauanmu, bukan keinginanmu, bukan juga cita-citamu. Tapi yang maha segalanya melarangmu untuk meneruskan cerita hidupmu.
@bundayahoo.com
Kota Bayu, 5 Mei 2020