Mohon tunggu...
Katherine Kat
Katherine Kat Mohon Tunggu... Freelancer - Wife, Mom & Self-employed

Tinggal di Toorak, VIC dan Jawa Tengah, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lima Bintang yang Tak Selalu Bisa Jadi Pegangan

18 Juli 2019   09:57 Diperbarui: 18 Juli 2019   10:11 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak jarang konsumen yang sudah membeli produk tersebut memberi ulasan panjang lebar, menjelaskan sisi pro dan kontra dari produk yang dibeli itu sekaligus mengkomentari layanan dari si penjual.

Berbeda di Amazon, berbeda pula di Indonesia.

Setidaknya dari pengalaman pribadi sebagai orang yang juga berjualan di beberapa marketplace kebanyakan konsumen enggan memberi ulasan ataupun rating (bintang).

Jangankan ulasan, sekedar mengkonfirmasi bahwa barang sudah diterima pun mungkin hanya sekitar 40% konsumen yang bersedia. Sisanya membiarkan sistem menutup transaksi.

Padahal kalau mau dipikir-pikir sebagian besar dari kita ketika hendak berbelanja secara daring (online) akan membuat proses keputusan beli yang relatif lebih panjang ketimbang berbelanja luring.

Alasannya jelas karena kita tidak bisa lihat dan pegang langsung barangnya, jadi pemberian rating serta ulasan sangat besar maknanya sebagai sumber informasi pada proses keputusan beli tersebut.

Jadi sebagai pembeli mungkin kadang kita perlu mempertimbangkan seberapa besar artinya bintang dan ulasan yang diberikan bagi orang lain, dalam hal ini adalah calon konsumen.

Alih-alih sekedar memberi lima bintang lalu menulis "Thanks.........." atau "Mantap........" coba buat ulasan yang lebih bermanfaat.

Bermanfaat bagi calon pembeli lainnya dan bermanfaat memberi umpan balik bagi penjual/penyedia jasa.

Peran Penjual/Penyedia Jasa Pada Kegagalan Sistem

Penjual atau penyedia jasa di marketplace atau layanan hail-ride pun punya peran sama dalam mencipta kegagalan sistem penilaian semacam ini.

Tak sedikit penjual atau penyedia jasa yang hanya melihat konsumen/penumpang sebagai objek pembangun reputasi dan tak lebih dari sekedar kantong pundi-pundi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun