Mohon tunggu...
Katherine Kat
Katherine Kat Mohon Tunggu... Freelancer - Wife, Mom & Self-employed

Tinggal di Toorak, VIC dan Jawa Tengah, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Insiden KRL: Seburuk Itukah Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Manusia?

20 April 2014   02:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:27 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sangat disayangkan jika fenomena ini terus-menerus terjadi dan kecenderungan ini terus menerus dipertahankan. Pada satu titik tertentu bangsa ini mestinya sadar bahwa mempertahankan pola-pola yang ada saat ini takkan banyak membawa perubahan berarti pada bangsa kita.

Pula ketika kita berbicara soal pendidikan karakter sebenarnya tak melulu orientasinya adalah agama. Memang kita adalah negara ber-Ketuhanan, namun acapkali agenda-agenda tersembunyi di balik nama agama juga menjadikan pendidikan karakter menjadi tidak lagi efektif sebagaimana mestinya.

Displin mengantri, tertib membuang sampah, toleransi dan sebagainya tak harus diajarkan atas nama atau dari sudut pandang agama saja. Jangan lupa bahwa setengah dari populasi penduduk di Australia bukanlah penganut agama tertentu alias atheis, tapi soal etika dan toleransi mereka jauh lebih baik dari kita yang mengaku beragama. Apa kita tidak malu terhadap kondisi tersebut?

Dalam kasus di KRL beberapa hari lalu setidaknya ada dua faktor yang mungkin memengaruhi ketidakpedulian, ketidakpekaan dan sikap egois yang ada dalam masyarakat kita. Pertama adalah sistem pendidikan yang menekankan pada akademis semata dan yang kedua adalah ketidaklayakkan sarana pra sarana transportasi. Well, bukan rahasia bahwa langkanya sebuah sumber daya mendorong orang untuk berperilaku agresif. Untuk kasus ini mungkin sarana pra sarana transportasi boleh dibilang merupakan sumber daya yang langka di Indonesia.

Lagi-lagi, saya bukan siapa-siapa. Bukan pendidik, bukan psikolog, bukan sosiolog atau pemuka agama, bukan pejabat dan bukan orang kaya. Pendapat saya mungkin ada yang menilai benar, mungkin juga yang menilai ngawur. Toh sebagian besar orang lebih suka melihat siapa pemberi pesan ketimbang isi pesannya, jadi abaikan saja tulisan ini kalau memang dianggap ngawur…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun