Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wanita Tanpa Suami, Tabah dalam Tuhan [Inspirasi Untuk Wanita 3]

23 November 2010   00:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:23 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketabahan dan percaya pada Tuhan adalah senjata yang paling ampuh menghadapi cobaan dan kesusahan!

*

Dunia terasa kiamat bagi wanita itu, ketika suaminya dengan tega mencampakkan dengan sebuah perceraian yang tak dapat ia tolak. Hanya airmata kepedihan dan sesak di dada yang ada.
Tak habis pikir dan tak habis tanya, cinta yang ada kini jadi sia-sia. Ingin menolak, suaminya telah pergi. Karena ketidakmengertian, ia tak dapat berbuat apa-apa. Menerima dan pasrah. Ia hanya wanita lemah yang cukup menerima nasib.

Betapa tidak, demi seorang wanita muda yang cantik aduhai, suaminya tanpa perasaan dan tanggung jawab meninggalkan dirinya bersama keempat anaknya yang masih belia. Semuanya wanita. Anak-anak yang tak mengerti itupun hanya dapat ikut menangis dan menjerit. Tak menyangka sang ayah akan rela meninggalkan mereka.

Tak kuasa menanggung beban hidup yang demikian berat dan masa depan anak-anaknya.
Demi untuk melupakan duka dan luka, dengan kekuatan yang masih ada dan dengan bantuan kerabat, wanita malang ini, mendapatkan tempat baru untuk berteduh melalui hari-hari.

Saat luka masih ada dan perih masih tersisa, ia harus berjumpa dengan lelaki yang telah mencampakkannya.
Oleh karena suratan takdir, lelaki itu kemudian tinggal satu gang dan hanya dipisahkan beberapa rumah dengan tempatnya kini.

Hidup ini sungguh terasa kejam baginya. Saat dalam penderitaan bersama anak-anaknya, lelaki mantan suaminya itu, mempertunjukkan hidup bergoya-foya dengan istrinya yang baru. Terbayang bagaimana rasanya sakit hati wanita ini.
Apapun yang terjadi, hidup ini harus terus dijalani. Ketabahan dan kesabaran tetap harus dimiliki, demikian wanita malang ini menguatkan dirinya.

Pelarian terbaik baginya adalah mendekatkan diri pada Tuhan yang ia percaya. Bukan dengan melarikan diri menjauh dari Tuhan. Karena Tuhan adalah kekuatan dan pengharapan baginya.
Tiada henti menyembah dan berdoa. Tabah dalam penderitaan. Demi tekad untuk menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya, bekerja apa saja dilakoni.

Dalam ketabahan dan kesusahan hidup terus dilalui. Selama tujuh tahun hari raya harus dilalui tanpa pernah membeli sekalipun baju baru untuk dirinya dan juga anak-anaknya. Baju yang ada cukup ditambal sulam agar layak dipakai. Makan seadanya adalah teman setia. Semua keinginan yang ada harus ditahan. Beruntung semua anak mengerti keadaan.

Dalam ketegaran dan kuasa Tuhan, akhirnya anak tertua dapat menyelesaikan kuliahnya. Mendapatkan pekerjaan yang layak untuk kemudian dapat membantu adik-adiknya sekolah. Pada akhirnya sampai bisa membiayai sampai selesai kuliah.
Betapa bahagia dan mengucap syukur wanita tanpa suami ini.

Wanita tanpa suami yang oleh karena beban hidup menjadi lebih tua dari usianya kini menjadi cantik kembali. Sebab kini telah terawat di salon kecantikan, berkat biaya anaknya.
Kebahagian hadir dan mengalir menaungi keluarga tanpa suami ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun