Ketika kita sendiri yang melakukan kesalahan kita bisa melakukan pembelaan seakan itu bukan kesalahan. Tetapi pada saat orang lain melakukan kesalahan yang sama dengan enteng kita menyalahkan.
Pranggg.... Terdengar suara piring jatuh di dapur. Seorang bapak bersama anak lelakinya yang sedang menonton televisi di ruang depan saling berpandangan.
Bapaknya bertanya,"Kira-kira siapa ya yang memecahkan piring?"
Si anak diam sejenak dan dengan senyum-senyum menjawab,"Pasti Ibu yang memecahkan piringnya!"
"Kenapa kamu begitu yakin?" tanya bapaknya penasaran.
"Soalnya tidak terdengar suara Ibu yang marah-marah. Kalau Adik yang memecahkan, pasti sudah terdengar omelan Ibu!" jawab si anak meyakinkan.
Di dapur, si ibu yang menjatuh priring hanya berkata,"Aduh, Ibu tidak sengaja!"
Sebagai orang tua atau atasan, kita memang dengan mudah menerapkan standar ganda dalam hal menyalahkan.
Untuk kesalahan yang sama, bisa disikapi dengan cara yang berbeda. Bila kita yang berbuat salah, maka ada begitu banyak alasan untuk membenarkan dan dianggap tidak apa-apa.
Tetapi bila orang lain, maka amarah segera memuncak. Tidak ada alasan untuk membela diri.
Sama halnya dengan atasan, bila anak buah yang melakukan kesalahan adalah wajar untuk disalahkan. Namun bila diri yang melakukan, ia tidak mau disalahkan.
Saat bawahan yang berbuat salah, atasan akan berteriak,"Kamu ini lupa terus, otak kamu bebal amat sih?!"