Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pamrih

26 Juli 2014   03:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:13 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam berbuat baik kita selalu diingatkan, agar melakukannya dengan ketulusan. Tanpa pamrih. Berbuat baik semata karena panggilan hati dan rasa bakti kepada Sang Pencipta yang telah 'melahirkan' kita. Apalagi dalam urusan ibadah. Semua semata - mata karena taqwa. Bukan untuk dinilai manusia. apalagi penghargaan dan tepuk tangan.

Berbuat Karena Pamrih Pasti Ada Kecewanya

Siang itu iseng -iseng melepas penat pencet sana -sini ketemu stasiun televisi yang sedang menayangkan drama religi. Kalau tidak salah judulnya 'Doa Tak Bisa Dibeli'. Walau hanya menonton beberapa adegan tapi sudah cukup memberikan sebuah kesan yag mendalam untuk jaadi sebuah tulisan. Syukur - syukur bisa menjadi permenungan bersama.

Seorang suami yang tulus namun tak berdaya menghadapi istri yang dalam melakukan setiap hal berharap pamrih dari manusia. Mau beramal sukanya pamer. Menyumbang ke masjid, tapi pesan -pesan didoakan. Mau tarawih sengaja pergi ke masjid yang jauh supaya pahalanya lebih besar.

Apa yang terjadi? Begitu cobaan datang ketika tempat usahanya terbakar, sibuk menyalahkan. Ustadz yang diminta mendoakan dianggap doanya tidak manjur. Akhirnya antipati melakukan kebaikan karena dianggap tidak mendatangkan keuntungan. Sajadah dan Al Qu'ran yang sudah disumbang semuanya diambil kembali. Tidak rela. Ada ya orang seperti itu? Pastinya ada. Walau dalam cerita. Kalau secara nyata? Mikir juga sih!

Berbisnis dengan Tuhan

Wajar saja kemudian ada yang coba - coba berbisnis dengan Tuhan. Karena Tuhan dianggap bos besar Yang Maha Baik, sehingga kalau berbisnis dengan - Nya pasti bisa untung besar. Kalau menyumbang sekian, maka akan mendapat balasan berlipat sekian.

Apabila sudah  rajin beribadah dan berbuat baik, Tuhan harus selalu memberikan yang baik dan enak. Maunya seperti itu. Pokoknya harus serba baik.

Apakah akan selalu demikian? Lihat si A rajin beramal, banyak rejekinya. Terpanggil ambil bagian. Sudah banyak beramal dan merasa ikhlas, tapi hidup tetap tidak berubah. Boleh dibilang malah tambah susah. Mulai galau. Kenapa begini. Ah, percuma kalau begitu.

Sudah rajin beribadah dan tidak putus menyebut Nama Tuhan tapi tetap tidak bisa lepas dari penderitaan dan bencana. Mulai perhitungan. Apa gunanya? Hati mulai hitung - hitungan ala pedagang.

Apakah Berbuat Baik Semata - mata untuk Mendapat Balasan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun