Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjadikan Tulisan Sebagai Guru

13 Juni 2012   11:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:02 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menulis bagi saya lebih sebagai guru daripada untuk menggurui. Bila terkesan menggurui sebenarnya adalah untuk menggurui diri sendiri [k4t3dr4]
Menulis tentang kehidupan berupa nasehat atau motivasi. Tidak sedikit penulis yang memposisikan dirinya sebagai yang mengajari atau motivator. Karena memang itu keahliannya. Keilmuan yang mereka milik, sehingga layak sebagai guru.

Atas keilmuan atau keahlian yang mereka miliki, maka menulis dijadikan sebagai profesi untuk mencari rejeki. Memang tidak ada yang salah dalam hal ini.

Sementara itu bagi saya pribadi menulis baru sebatas untuk berbagi sedikit ilmu dan pengalaman hidup sebagai pembelajaran.

Dalam perjalanannya menulis bukan semata-mata dari pengalaman yang terjadi. Tetapi tidak sedikit hasil olah dari pikiran dan hati.

Apa yang tertulis banyak di antaranya mengalir demikian saja dari kedalaman hati. Bahkan tidak terpikirkan sama sekali.

Itulah sebabnya apa yang tertulis seakan-akan seperti nasehat bagi saya sendiri. Boleh dikatakan tulisan merupakan guru bagi saya.

Seperti salah satu pengalaman yang baru terjadi. Saat itu saya menulis "Omong Kosong Tentang Memaafkan dan Mengasihi Tuhan".

Selang sehari saya mengalami peristiwa yang membuat saya harus benar-benar untuk bisa memaafkan.

Seorang rekan kerja meminjam suatu barang. Sebenarnya barang tersebut juga saya pakai.

Karena katanya sebentar. Akhirnya saya relakan sambil berpesan, agar jangan sampai lupa dikembalikan. Saya pesan dua kali. Karena khawatir lupa.

"Tenang aja sih. Pasti dikembalikan!" sahut rekan itu memastikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun