Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Inikah Keburukan dan Kepicikan Kaum Beragama?

10 Juni 2011   07:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:40 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh keegoan dan kepicikan kaum beragama maka ada perdebatan bahwa agamanyalah yang paling baik dan agama tidak baik. Dan oleh kepicikan saya sendiri, lahir tulisan ini!

*

Seringkali saya menemukan, keburukan dan kepicikan kaum beragama yang suka berbicara tentang kebaikan agamanya dan keburukan agama lain.
Mengapa tidak cukup untuk berbicara tentang kebaikan agamanya saja tanpa perlu mengusik dan mengusili agama lain?

Tidak jarang juga kaum agama begitu bangganya meninggikan setinggi-tingginya kemuliaan agamanya sambil merendahkan serendah-rendahnya agama lain.
Mengapa tidak cukup untuk hanya meninggikan setinggi-tingginya agamanya sendiri tanpa perlu merendahkan agama lain?

Kaum agama tidak sedikit yang dengan piciknya mengobok-ngobok kitab suci agama lain untuk mencari kesalahannya lalu dibandingkan dengan kebenaran agamanya.
Mengapa tidak membolak-balik kitab suci milik sendiri untuk dimengerti dan dipahami agar membawa kebaikan bagi kehidupan?

Saya tidak berani lebih banyak bertanya lagi, karena takut akan menunjukkan keburukan dan kepicikan diri sendiri.

Keburukan dan kepicikan yang terus-menerus dilakukan oleh para agamawan akhirnya menjadi ajaran agama yang tidak tertulis yang kemudian diamini oleh umatnya.
Diatas mimbar berbicara tentang Firman Tuhan sambil menghakimi penganut agama lainnya.
Padahal Tuhan sudah memerintahkan agar jangan menghakimi.

Membawa-bawa Firman Tuhan untuk membuktikan kebenaran agamanya demi untuk menunjukkan kesalahan agama lain.
Para agamawan mengira, hal itu akan membuat agamanya lebih mulia dengan menghina agama lainnya.
Padahal kenyataannya, hal itu tidak lebih dari merendahkan agamanya sendiri.

Karena demi untuk menunjukkan agamanya sebagai yang paling benar, tidak perlu sampai menunjukkan kesalahan agama lain.

Begitulah bila keakuan itu masih ada di dalam hati manusia yang beragama apapun, maka saling membicarakan kejelekan dan kesalahan agama orang lain akan selalu terjadi.

Tetapi mustahil semua itu tidak akan terjadi selama dunia ini masih berputar dan agama itu masih ada.
Sayapun sadar, mustahil bisa mengubah semua itu, tetapi tidak mustahil bagi diri saya untuk mengubah diri untuk menjadi manusia yang suka menghakimi dan membicarakan keburukan agama lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun