Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ini Milikku! Itu Milikku! (Memiliki Tanpa Rasa Kepemilikan)

17 September 2010   07:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:11 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bisa memiliki apa yang ingin dimiliki adalah kebahagiaan. Namun memiliki rasa kepemilikan atas apa yang dimiliki adalah penderitaan!

* + * + *

Manusia selalu ingin memiliki sesuatu yang ia rasa layak untuk dimiliki dalam hidupnya.
Anak, suami/istri, kekayaan, kemewahan, rumah dan mobil serta pakaian mahal.

Adakah yang salah?
Tentunya tidak, selama itu adalah hasil usaha dan cucuran keringatnya yang benar.
Manusia pantas menikmatinya selama itu bisa membahagiakan fisik dan batinnya

Yang salah adalah ketika setelah memiliki apa yang ingin kita miliki adalah timbul rasa kepemilikan yang begitu kuat. Yang kemudian membuat kita takut kehilangan.
Itu milikku, ini milikku. Semuanya milikku.
Setiap saat dihantui takut akan kehilangan milik kita.

Bukankah itu adalah penderitaan?

Bayangkanlah, ketika seseorang memiliki rasa kepemilikan atas kekayaannya, maka pada saat ia kehilangan kekayaannya pasti akan menyebabkannya ketakutan dan kemudian stres dan mungkin menjadi gila, kemudian bahkan bunuh diri. Ini hanyalah salah satu contoh saja.

Jadi, sebenarnya manusia yang seringkali menciptakan penderitaan atas hidupnya sendiri dengan rasa kepemilikan. Tidak bisa melepaskan keterikatan yang menyebabkan kemelekatan akan kebendaan.

Alangkah indahnya, bila bisa memiliki, namun bisa merasakan juga seakan-akan yang dimiliki itu adalah bukan miliki kita. Sehingga ketika ia hilangpun, kita tidak merasa kehilangan.
Memiliki dan kehilangan menjadi akan sama bahagianya.
Pada akhirnya, bahkan bukan hanya tanpa rasa kepemilikan, tetapi sampai pada tanpa rasa memiliki.

Namun berapa banyakkah diantara kita yang bisa memiliki hati semacam ini?!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun