Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa yang Salah dari "Mario Teguh"?

5 Januari 2012   15:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:17 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_161767" align="alignleft" width="264" caption="motivatorindonesia.net"][/caption]

Terlalu naif bila kita mengatakan bahwa kita tidak butuh orang semacam Mario Teguh. Dalam kata lain orang-orang yang berprofesi sebagai motivator. Karena kita hidup cukup berpedoman dengan membaca kitab suci dan sabda para nabi saja.

#

Kita tidak butuh Mario Teguh karena sebagai tuntunan hidup cukuplah kita berpegang pada kitab suci dan sabda nabi masing-masing. Bacalah dan pelajari kitab suci dan praktekkan apa yang dikatakan nabi junjungan kita. Bukanlah itu sudah lebih cukup? Demikian ada yang mengatakan.

Kalau demikian halnya, bukankah kita juga tidak butuh para penceramah yang harus dibayar mahal? Karena apa yang mereka ceramahkan toh kebanyakan bersumber dari kitab suci dan sabda para nabi.

Lebih baik kita baca saja kitab suci setiap hari di rumah. Tak perlu repot datang ke tempat ibadah. Toh sama saja.

Kalau begitu kita juga tidak butuh macam-macam guru. Cukup guru yang mengajarkan kita untuk membaca, agar kita nantinya mahir membaca.

Lalu kita juga tidak butuh buku-buku tafsir tentang kitab suci yang justru membuat kita bingung. Lebih baik baca saja langsung dari sumbernya, yakni kitab suci itu sendiri.

Tentu saja tidak demikian bukan? Bukankah itu naif sekali? Saya mengatakan demikian, karena saya sendiri naif.

Setiap manusia memiliki talentanya masing-masing dan saling membutuhkan. Saling melengkapi. Kita tidak bisa menyamaratakan setiap orang seperti kita.

Sebagian dari kita tetap masih butuh orang-orang semacam Mario Teguh dan para penceramah untuk mengingatkan dan menyadarkan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun