Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Omong Kosong Kenaikan Harga

18 Januari 2022   16:16 Diperbarui: 24 Januari 2022   06:13 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: diolah dari postwrap 

Lebih baik barang harganya naik, daripada barangnya  tidak ada. Yang membuat lebih  khawatir itu bukan kenaikan harga barang-barang, tetapi sudah naik barangnya takada pula.

Artinya saya tidak lebih khawatir pada kenaikan harga barang-barang, tetapi pada ketersediaannya. 

Apa karena saya banyak uang? Yang pasti tidak. Hidup saya juga pas-pasan. Tolong catat, maksudnya bukan pas mau apa-apa bisa. 

Dalam hal ini saya hanya bersikap realistis.

Sama juga omong kosong barang atau murah, tetapi ketersediaannya kosong. Apa yang mau dibeli? Uang banyak pun gigit jari. 

Mungkin ada yang tidak setuju atau bahkan sangat tidak setuju dengan pemikiran ini. Ada bagusnya. Karena setiap orang mempunyai sudut pandang masing-masing. 

Kalau boleh memilih tentu dengan pasti saya juga akan memilih kondisi persediaan barang banyak dan harga murah. Bila perlu lagi tidak ada harganya alias gratis. 

Walaupun hidup ini dikatakan pilihan, kita bebas memilih apa yang kita inginkan, tetapi kenyataannya kadang harus memilih apa yang tidak kita inginkan. 

Itu dia, kondisi kenaikan harga barang, kita menolak karena butuh tetap harus memilih untuk membeli. 

Mengapa saya menulis tentang hal ini, harga barang naik tidak apa-apa asal barangnya tersedia? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun