Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Omong Kosong Kebodohan

16 Januari 2022   19:10 Diperbarui: 16 Januari 2022   19:11 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah dari postwrap 

Apakah hanya saya yang melakukan kebodohan ini atau sudah ada dan bahkan banyak yang melakukannya? 

Gempa bumi  terjadi di sore hari Jumat, 14/01/22 yang berpusat di daerah Sumur, Banten  dengan kekuatan magnitudo 6,6 yang  mengguncang bukan hanya wilayah Banten, tetapi juga wilayah Jakarta dan Jawa Barat. 

Sore itu saya sedang duduk santai, terasa kursi bergoyang. Belum berpikir soal gempa, malah berpikir mungkin kepala sedang pusing karena gajian masih lama. Hal yang wajar saja. 

Setelah agak lama baru sadar, ini pasti gempa dan benar saja, orang-orang mulai ramai karena goyanganya memang sangat terasa. 

Kemudian seperti berita yang terbaca gempa bumi memang dirasakan banyak daerah. Jabodetabek sampai Sukabumi dan Bandung. 

Setelah kejadian ini saya jadi teringat pada kejadian sekian tahun yang lalu sehubungan dengan gempa yang masih membekas dan masih jadi tanda tanya. 

Waktu itu tinggal di Kota Serang, ketika itu suatu sore saya sedang membaca buku  di lantai dua, tiba-tiba saya merasakan tempat duduk bergerak.  Terdengar jelas suara denyit tikus berlarian. Gedung bergoyang bagai tarian. 

Ada apa? Tidak salah lagi pasti gempa bumi. 

Makin lama makin kencang, terdengar pula suara orang berteriak. Lini, lini, lini. Wah, ada yang tidak beres ini, pikir saya. 

Saya segera  beranjak dari kursi dan hendak berlari  turun. Namun, saat kaki  baru menginjak tangga pertama, seakan ada suara yang mengingatkan dengan jelas, agar jangan turun dan lebih baik sembahyang di altar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun