Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rocky Gerung dan Omong Kosong Saya

9 Oktober 2021   16:49 Diperbarui: 9 Oktober 2021   17:05 3598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tidak menyukai seseorang bisa jadi karena belum mengenalnya secara baik sehingga berpikir orang tersebut tidak baik. 

Mengikuti sepak terjang dari berbagai media selama ini, jujur saya harus katakan bahwa saya berseberangan dengan Rocky Gerung. 

Gaya dan perkataannya tidak membuat saya jatuh simpati. Apalagi dengan mudah mendungukan orang lain. 

Dalam hal ini bukan saya merasa lebih baik atau lebih pintar. Tentu saja tidak. Bisa jadi saya yang takmampu menjangkau kepintaran beliau. 

Namun, saya pun tidak hendak mengatakan bahwa saya lebih dungu. Maksudnya lebih dungu dari mereka yang dikatakan dungu oleh Rocky Gerung. Bukan Rocky dalam hal ini. 

Walaupun  saya termasuk penganut prinsip bahwa yang orang yang tidak dungu tidak akan mengatakan orang lain dungu. Sama halnya dengan orang yang benar-benar baik tidak akan mengatakan orang lain tidak baik. 

Boleh dikatakan bahwa Rocky Gerung yang selama ini sering muncul acara debat  di televisi dan media sosial memang sosok yang unik dan agak kontroversial. 

Sosok berumur 62 ini dikenal sebagai akademisi, filsuf, intelektual, dan pernah mengajar di Universitas Indonesia tak sedikit pengagum, tetapi juga banyak pembenci. Apalagi dikenal sebagai pengkritik berat Presiden Jokowi. Tahu sendiri, kan? 

Saya sendiri bukan pengagum pun  bukan pembenci. Sebatas kadang tidak suka. Apa yang saya  tidak suka mungkin lebih karena rasa dan ketakmampuan menjangkau pemikirannya saja. 

Kadang juga simpati. Apalagi kalau diserang bertubi-tubi oleh  para pembenci sampai membawa urusan pribadi. Soal kejombloan beliau. Tahu juga, kan? 

Hari ini saya semakin jatuh simpati setelah membaca tulisan Pak Dahlan Iskan - - Disway edisi Sabtu, 09 Oktober 2021--yang langsung berkunjung ke rumah beliau di Sentul-Kabupaten Bogor  yang sedang bermasalah itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun