Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita dalam Omong Kosong

8 Oktober 2021   06:52 Diperbarui: 8 Oktober 2021   07:04 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah perjalanan selalu saja ada menyuguhkan cerita, tergantung kita hendak memungutnya atau membiarkan terbang bersama angin tanpa tersisa. 

Dalam sebuah bus umum seorang  ibu menatap  pria yang duduk  di depannya dengan berbagai macam pikiran  dan bertanya, "Anda umur berapa?" 

Tanpa curiga sang pria dengan polos menjawab, "Tiga puluh lima tahun."

Ia tersenyum sambil mengangguk sebagai tanda hormat. 

Seakan memandang rendah pria di depannya ibu ini berkata, "Anda sudah umur 35 tahun masih naik kendaraan umum, anak saya baru umur 26 ke mana-mana sudah naik mobil sendiri."

 Senyum tersungging di wajahnya. 

Mungkin ibu ini hendak membanggakan anaknya karena di usia muda sudah pintar mencari duit. Sementara pria di depannya sudah berumur 35 tahun masih naik kendaraan umum. Kalah dengan anaknya yang baru berumur 26 tahun. 

Entah bangga atau sombong. Kadang antara bangga dan sombong menang sulit dibedakan. Bisa jadi seperti kembar,  tetapi taksama. Mirip-mirip saja. 

Acap kali orangtua memang tergoda untuk membanggakan kelebihan anak-anaknya pada dunia. Namun, diam-diam di ujung hati menyembunyikan kesombongan.

Lupa atau tidak sadar, bahwa ada banyak anak-anak lain yang lebih baik dari anaknya. Tidak mau tahu. Kala tahu jadi malu sendiri. Hanya saja akan selalu mencoba menutupi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun