Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Komentar yang Membuat Gemetar dan Malu

19 September 2021   11:47 Diperbarui: 19 September 2021   11:54 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangan ini gemetaran dan dada berdebar tak karuan saat  membuka tulisan satu demi satu di Kompasiana. Ada perasaan bersalah yang meliputi. Ada juga perasaan takut yang mengikuti karena akan menemukan kebenaran ini. 

Apa gerangan sebenarnya yang terjadi? 

Selama ini saya berusaha membatasi diri menerbitkan satu dan maksimal dua tulisan di Kompasiana setiap hari, walaupun kadang nafsu menggoda untuk lebih banyak lagi. Apalagi tulisan sudah ada beberapa yang jadi. 

Kenapa? 

Ada hal yang sangat saya takutkan dan menjadi beban. Karena khawatir tidak sanggup membalas semua komentar yang ada dan balas menyapa. Walaupun sepengetahuan saya tidak ada aturan dan kewajiban untuk membalas semua komentar dan balas menyapa di Kompasiana. 

Namun, perasaan tidak enak dan rasa bersalah yang menyapa ketika tidak mampu melakukan. Entah kenapa ada? 

Ada rasa malu, ada waktu bisa terus menulis satu demi satu, tetapi tidak sempat membaca komentar yang ada, apalagi membalasnya.

Hal ini menunjukkan bahwa menulis artikel lebih penting daripada sekadar membalas komentar. Padahal bisa jadi ada komentar yang mengharapkan  balasan karena ada hal yang ingin ditanyakan. 

Tidak pernah ada yang menegur hal ini sebenarnya, yang  muncul adalah teguran dari dalam diri sendiri. Mungkin ini namanya tahu diri. 

Oleh sebab itu, ketika hari ini menyempatkan diri membuka satu demi satu lagi  tulisan yang sudah ada sebelumnya bertemulah kebenaran ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun