Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Amelia: Antara Cinta dan Omong Kosong

26 Agustus 2021   19:00 Diperbarui: 26 Agustus 2021   19:06 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: hanya ilustrasi, karena wajah Amelia terlalu istimewa untuk digambarkan/pixabay.com

Amelia, nama paling indah di dunia, tersimpan di dasar hati sejak masa yang tak tertera. Sejak pandangan takterduga matamu menggetarkan jiwa yang berbuah asmara. 

Bagaikan omong kosong saja, tetapi ini nyata. Dalam urusan cinta memang sulit pakai logika. Cinta bisa bagaikan jilatan api yang seketika mengobarkan hati yang membeku. Bagai gempa tanpa bisa dicegah untuk merasakan getarannya. 

Amelia, walaupun aku lupa hari apa dan tanggal berapa pertemuan  pertama, tetapi hari itu adalah pertama kali aku terpanah oleh sorot matamu yang memesona. Ini yang takkan terlupa karena telah terpahat  di dalam jiwa. 

Engkau adalah bidadari yang dikirim dari surga. Ini yang kupercaya. Bertemu denganmu tak dapat aku menunda rasa bahagia. Semua mengalir demikian saja. 

Aku bukanlah lelaki yang pandai menjual kata-kata. Karena fakta yang yang menjadi saksinya dan aku takbisa lari menyembunyikan diri untuk berdusta pada dunia. Aku jatuh cinta.

Amelia, sulit untuk percaya bahwa sampai hari ini, aroma wangi tubuh dan senyumanmu  masih terasa. Wajah jelitamu selalu menghiasi layar mataku. Bila ibarat paket internet perasaan cintaku adalah tak terbatas kuotanya. 

Apabila ibarat kamera bidikan  fokus padamu saja. Tak berkedip sedikit pun bagai CCTV yang mengawasi setiap area. Aku mengatakan ini bukan mengutip dari syair para pujangga. 

Aku takkan pernah hendak membandingkan senyummu dengan senyum Monalisa yang melegenda, sebab engkau terlalu istimewa untuk dibandingkan dengan siapa juga, Amelia.

Sekali lagi  memang sulit mengukur  cinta dengan memakai logika. Bahkan aku rela dianggap gila oleh pengakuan ini. Tak apa. 

Tubuh mungil lincah perilaku dewasa dengan kata-kata tertata. Rambut hitam lurus sebahu menjadi mahkota  semakin menjadi aura seorang wanita istimewa. Aku semakin terpesona. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun