"Benar, Bapak gak bilang. Buktinya saya gak dengar."
Begitu?
Ternyata bukan, saudara-saudari.Â
Dengan suara lembut beliau berkata, "Oh, berarti saya yang gak dengar."
Adem.
Padahal, kalau beliau mau berkeras bahwa saya yang tidak omong  saya pun sudah siap mengalah. Siapa tahu dengan mengalah dapat diskon.Â
Mungkin saya akan berujar, Â "Oh, maaf, mungkin memang suara saya kekecilan sehingga Ibu gak dengar."
Biasanya di depan Ibu-ibu, apalagi cantik saya suka tak kuasa untuk tidak mengalah. Entah mengapa?Â
Kejadian serupa ini tak jarang kita alami. Bisa kita yang salah dan berkeras membela diri. Bisa juga pelakunya orang lain yang keras juga kepalanya.Â
Dalam hal ini bisa salah omong atau salah mendengar, tetapi tidak mau mengakui kesalahan itu. Gengsi atau memang sudah sifat asli.
Yang membuat dongkol sudah jelas-jelas mengatakan demikian, ketika diingatkan malah berkata, "Saya gak  omong begitu. Kau yang slah dengar kali."